Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan konstruksi gedung, PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk., mengincar kontrak baru sekitar Rp8 triliun pada 2018 atau meningkat 14% dibandingkan dengan Rp7 triliun pada 2017.
Direktur Utama Wika Gedung Nariman Prasetyo mengatakan perusahaan memperkirakan perolehan kontrak dapat mencapai Rp16 triliun pada 2018. Kontrak itu terdiri dari kontrak bawaan (carry over) Rp8 triliun dan kontrak baru Rp8 triliun.
“Kami sangat optimis target-target tahun depan bisa tercapai karena terdapat backlog dari kontrak-kontrak yang sudah kami dapat dari 2017,” katanya seusai pencatatan perdana saham Wika Gedung di Bursa Efek Indonesia, Kamis (30/11/2017).
Dari target kontrak tersebut, perusahaan memperkirakan dapat membukukan pertumbuhan pendapatan sekitar 30% pada 2018 dibandingkan dengan perkiraan Rp3,98 triliun pada 2017. Nariman mengatakan perusahaan menargetkan laba bersih sekitar Rp390 miliar pada 2018 atau meningkat 36% dibandingkan dengan perkiraan Rp286 miliar pada 2017.
Sampai Oktober 2017 sendiri, emiten berkode saham WEGE itu mengantongi kontrak baru sekitar Rp6,2 triliun. Dengan demikian, kontrak yang diperoleh perusahaan sampai saat ini sebesar Rp11,8 triliun dimana kontrak bawaan dari tahun lalu sebesar Rp5,6 triliun.
Kontrak tersebut diperoleh dari sejumlah proyek seperti Apartemen Arandra Residences Jakarta, Hotel dan Resor Pullman Mandalika Lombok, apartemen Grand Ostello Jatinangor, Rumah Sakit Pelabuhan Palembang, Tamansari Urbano Bekasi, Transmart Sidoarjo, Trans Studio Cibubur dan sebagainya.
Seperti diketahui, Wika Gedung merupakan perusahaan ke-30 yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia sepanjang 2017 sampai pekan terakhir November. Wika Gedung menjual 2,87 miliar lembar saham kepada investor atau sekitar 30% dari modal ditempatkan dan disetor.
Dengan harga saham perdana WEGE sebesar Rp290, Wika Gedung mendapatkan dana sekitar Rp832,8 miliar dari investor dimana dana tersebut akan digunakan untuk sejumlah keperluan seperti ekspansi pada usaha konsepsi serta backward integration konstruksi dengan porsi 70% dan untuk kebutuhan modal kerja dengan porsi 30%.