Bisnis.com, JAKARTA – Menjelang pertemuan OPEC yang akan berlangsung Kamis (30/11), Saudi berjanji akan memberikan keputusan yang tepat di tengah perbedaan pendapat dalam durasi perpanjangan pemangkasan produksi minyak mentah dunia di antara negara OPEC dan sekutunya termasuk Rusia.
Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih selaku perwakilan dari negara yang paling andil dalam urusan minyak dunia mengatakan bahwa setiap negara memiliki bobot yang sama untuk menyuarakan pandangannya.
“Kami melihat ke depan untuk membuat semua orang terlibat dalam diskusi yang kuat dan kami akan memberikan keputusan yang tepat,” lanjutnya.
Sepanjang kondisi simpang siur isu persoalan perpanjangan waktu dalam pemangkasan produksi minyak mentah dunia, Rusia menjadi negara yang paling vokal menunjukkan keraguan meski pada Jumat lalu dikabarkan telah menyetujui kerangka kerja untuk penambahan masa pemotongan hingga sembilan bulan.
Dilansir Bloomberg, di saat seluruh anggota OPEC mendukung rencana perpanjangan upaya penurunan produksi hingga akhir 2018, Rusia masih belum benar-benar berkomitmen terhadap usulan tersebut.
Moskow dikabarkan masih memiliki kekhawatiran bahwa dukungannya terhadap harga minyak di atas US$60 per barel akan memberi keuntungan bagi produsen minyak serpih AS.
Baca Juga
“Isu saat ini adalah tentang Rusia,” ujar Bob Yawger, direktur futures di Mizuho Securities USA Inc. di New York, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (29/11/2017). “Jika periode perpanjangannya kurang dari sembilan bulan, pasar tidak akan sangat senang.”
Sementara itu, Menteri Perminyakan Kuwait Issam Almarzooq menyatakan dukungan terhadap perpanjangan, namun pihaknya belum menyetujui target. Dia mengatakan hal itu akan dipertimbangkan dalam pertemuan ministerial monitoring committee pada hari ini.
Adapun Irak melalui juru bicara Kementerian Perminyakan Irak Asim Jihad masih berada dalam posisi pertimbangan untuk enam atau sembilan bulan perpanjangan.
Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail Mazrouei menyatakan akan adanya kemungkinan perpanjangan pemotongan sampai akhir tahun depan.
Mazrouei mengatakan pasar berada pada posisi yang jauh lebih baik daripada tahun lalu, sehingga pihaknya berharap untuk kelanjutan satu tahun lagi hingga pemulihan.
Goldman Sachs Group Inc. Mengatakan, jika hasil pertemuan OPEC di Wina yang akan berlangsung pada hari Kamis (30/11) tidak memenuhi harapan untuk menyeimbangkan pasar, maka harga bisa turun lebih cepat.
Terpantau, pada perdagangan Rabu (29/11) pukul 10.23 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah 0,31 poin atau 0,53% menjadi US$57,68 per barel. Sementara harga minyak Brent turun 0,37 poin atau 0,58% menuju US$63,24 per barel.
Harga minyak beringsut lesu semenjak Rusia dikabarkan meragukan perpanjangan pemangkasan produksi di samping meningkatnya jumlah produksi minyak AS.