Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja 2 BUMN sektor tambang pada akhir 2017 siap melampaui pencapaian sepanjang 2016 setelah membukukan hasil usaha yang melesat dalam periode Januari-September 2017.
Dua dari tiga BUMN tambang tersebut adalah PT Timah (Persero) Tbk. dan PT Bukit Asam (Persero) Tbk., yang telah menerbitkan laporan keuangan per 30 September 2017. BUMN tambang lainnya, PT Antam (Persero) Tbk., masih membukukan kerugian sebesar Rp331,47 miliar sampai kuartal III/2017.
Timah membukukan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp300,57 miliar pada 9 bulan 2017 atau meningkat dibandingkan dengan Rp50,65 miliar pada periode yang sama 2016.
Pencapaian 9 bulan 2017 itu telah melampaui kinerja emiten berkode saham TINS tersebut selama 12 bulan pada 2016 sebesar Rp251,83 miliar. Kinerja Timah sempat turun drastis sejak 2015 seiring pelemahan harga nikel global.
Salah satu faktor yang memengaruhi peningkatan kinerja Timah adalah peningkatan harga timah. Harga jual rata-rata logam timah mencapai US$20.557/Mton dalam periode Januari-September 2017 atau meningkat dibandingkan dengan US$17.296/Mton pada periode yang sama 2016.
Perusahaan membukukan volume penjualan logam timah sebanyak 21.588 Mton pada Januari-September 2017 atau naik 16,1% dibandingkan dengan 18.600 Mton pada periode yang sama 2016.
Peningkatan volume penjualan dan harga jual rata-rata itu mempengaruhi peningkatan pendapatan perusahaan menjadi Rp6,62 triliun dalam 9 bulan 2017 dibandingkan dengan Rp4,59 triliun dalam 9 bulan 2016.
Sementara itu, Bukit Asam membukukan laba bersih Rp2,63 triliun sampai kuartal III/2017 atau meningkat 150% dibandingkan dengan Rp1,05 triliun pada periode yang sama 2016.
Pencapaian 9 bulan 2017 itu telah melampaui kinerja emiten berkode saham PTBA tersebut selama 12 bulan pada 2016 sebesar Rp2 triliun. Setelah sempat mengalami euforia peningkatan harga batubara pada 2011-2012, kinerja Bukit Asam sempat merunduk pada 2013.
Salah satu faktor yang mempengaruhi peningkatan kinerja Bukit Asam adalah peningkatan harga batu bara yang seiring kenaikan Indonesia Coal Index (ICI) dan Harga Batubara Acuan (HBA).
Harga jual rata-rata meningkat sebesar 15% sampai kuartal III/2017 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Volume penjualan perseroan dalam periode Januari–September 2017 sendiri mencapai 17,24 juta ton atau meningkat 13,8% dibandingkan dengan 15,14 juta ton pada periode yang sama 2016.
Dengan volume penjualan itu, perseroan membukukan pendapatan selama 9 bulan yang berakhir pada 30 September 2017 sebesar Rp13,22 triliun atau naik 26% dibandingkan dengan Rp10,04 triliun pada periode yang sama 2016.
Dalam publikasi mengenai kinerja Timah pada kuartal III/2017, BCA Sekuritas menyatakan harga timah diharapkan dapat tetap tinggi memasuki 2018 didukung oleh terbatasnya pasokan global seiring tidak ada tambang baru yang ditemukan di Myanmar serta tingginya permintaan timah seiring peningkatan permintaan alat elektronik.
“Untuk menjaga pasokan timah mereka, TINS terus mencari cadangan lebih di lepas pantai. Dengan regulasi larangan penambangan di Bangka Belitung, kami melihat bahwa penambangan ilegal di area itu terus turun,” papar publikasi atas nama Aditya Eka Prakasa dan Willy Suwanto.
Sementara itu, publikasi Mirae Asset Sekuritas mengenai kinerja Bukit Asam pada periode Januari-September 2017 menyatakan tetap merekomendasikan beli untuk saham PTBA dengan target harga Rp16.100. Dalam penutupan perdagangan kemarin,saham PTBA ditutup di harga Rp11.575.