Bisnis.com, JAKARTA — Emiten produsen dan penyedia perhiasan emas PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) optimistis mencatatkan pertumbuhan pendapatan 2017 sebesar 2,5 triliun dari penjualan 9,2 ton perhiasan.
Direktur Keuangan HRTA Deny Ong menyampaikan, pada periode Juli-September 2017 perseroan membukukan laba bersih senilai Rp95 miliar. Angka ini tumbuh 28,4% secara year on year (yoy) dari sebelumnya Rp75 miliar.
Pada kuartal III/2017, total pendapatan perusahaan juga meningkat 13,1% yoy menuju Rp1,86 triliun. Pemasukan operasional terutama berasal dari penjualan grosir sebesar 91,69%, toko milik sendiri 8,30%, dan waralaba 0,01%.
Dari sisi produk, penjualan didominasi perhiasan kadar emas rendah (35%) sebesar 39%. Adapun, kadar emas tinggi (75%) hanya berkontribusi 17%. Artinya, segmen kelas menengah menjadi pasar utama produk-produk perseroan
Melihat pembukuan keuangan yang positif sampai bulan ke-9, manajemen menargetkan pendapatan sepanjang 2017 dapat mencapai Rp2,4 trilun—Rp2,5 trilun dari penjualan 9,2 ton perhiasan. Adapun laba bersih yang bakal diraih sejumlah Rp120 miliar. Pada 2016, HRTA mengantongi pendapatan Rp2,1 triliun dengan laba bersih Rp103 miliar.
Secara siklus, penjualan perhiasan pada kuartal I biasanya cenderung sepi. Namun, pembelian dapat melonjak menjelang perayaan Lebaran pada kuartal II. Adapun pada triwulan III dan IV, pasar cenderung terlihat normal.
“Kami harapkan pendapatan semakin naik pada kuartal IV/2017, karena kami berencana melakukan pameran untuk menyasar pasar grosir dan ritel pada Oktober nanti,” ujar Deny di Jakarta, Kamis (19/10).
Pada kuartal III/2017, HRTA juga memiliki rasio debt to equity yang menurun menjadi 33,4% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 88,1%. Dengan rasio yang semakin kecil, perusahaan semakin mudah untuk mengakses pinjaman perbankan.
Adapun total aset perseroan mencapai 1,31 triliun, naik 22,3% yoy dari sebelumnya 1,07 triliun. Deny mengakui, aset perusahaan mayoritas berbentuk bahan baku emas.