Bisnis.com, JAKARTA - Korporasi tambang milik negara, PT Antam (Persero) Tbk., baru menggunakan 13% dana hasil penawaran umum dengan hak memesan efek terlebih dulu (HMETD) senilai Rp687,17 miliar dari rencana Rp5,35 triliun sampai September 2017.
Dalam salinan laporan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia, Direktur Keuangan Antam Dimas Wikan Pramudhito memaparkan dana yang sudah terpakai antara lain untuk proyek pembangunan pabrik feronikel Halmahera tahap I sebesar Rp686,89 miliar dan untuk pembiayaan modal kerja perseroan senilai Rp284 juta.
Dengan demikian, sampai 30 September 2017 atau hampir 2 tahun setelah right issue pada semester II/2015, emiten berkode saham ANTM tersebut masih menyisakan dana right issue sebesar Rp4,67 triliun. Dana itu disimpan dalam deposito dan giro di bank seperti PT Bank mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
Rencananya, perusahaan akan menggunakan dana hasil right issue sebear Rp5,3 triliun itu antara lain untuk proyek pabrik Feronikel sebesar Rp3,49 triliun, proyek Anode Slime dan precious metals refinery sebesar Rp200 miliar dan pembiayaan modal kerja Rp1,65 triliun.
Seperti diketahui, perusahaan tengah menggarap proyek P3FH tahap 1 line 1 berkapasitas 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun.
P3FH itu digarap oleh konsorsium kontraktor yang terdiri dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk., dan Kawasan Heavy Industries Ltd dengan nilai kontrak Rp3,43 triliun.
Proyek itu merupakan salah satu proyek strategis Antam yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah potensi bijih besi nikel melalui kegiatan pengolahan bijih nikel menjadi feronikel.
Pabrik feronikel Haltim akan meningkatkan kapasitas produksi feronikel perusahaan dari 27.000-30.000 Ton Nikel (TNi) per tahun menjadi 40.500-43.500 TNi per tahun, serta turut mendukung program pembangunan industri dasar logam stainless steel.