Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa China Ditutup Melemah Tertekan Profit Taking

Pergerakan sejumlah indeks saham acuan China berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (7/9/2017), seiring dengan aksi profit taking pada saham sumber daya dan pelemahan sektor perbankan yang mengimbangi penguatan real estate.
Bursa China SHCI/Reuters
Bursa China SHCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan sejumlah indeks saham acuan China berakhir melemah pada perdagangan hari ini, Kamis (7/9/2017), seiring dengan aksi profit taking pada saham sumber daya dan pelemahan sektor perbankan yang mengimbangi penguatan real estate.

Indeks CSI300 di Shenzhen yang berisi saham-saham bluechip berakhir melemah 0,51% atau 19,58 poin di level 3.829,87, setelah dibuka dengan kenaikan tipis 0,06% atau 2,24 poin di posisi 3.851,69.

Adapun indeks Shanghai Composite ditutup melemah 0,59% atau 19,89 poin di level 3.365,50, setelah dibuka turun tipis 0,05% atau 1,76 poin di posisi 3.383,63. Meski melemah, indeks Shanghai tetap bertahan di atas posisi 3.300 untuk sesi ke-10 berturut-turut, level yang sebelumnya sulit ditembus.

Sektor real estate memimpin penguatan dengan lonjakan sebesar 4,5% sekaligus mencatatkan performa harian terbaiknya dalam dua bulan. Di sisi lain, emiten perbankan dan energi menjadi penekan pasar, masing-masing dengan pelemahan 0,9% dan 1,5%.

“Bursa saham China diperkirakan akan meningkat pada tingkat yang lebih seimbang, dengan meredanya kekhawatiran seputar 'sektor ekonomi baru' saat sejumlah perusahaan melaporkan laba semesteran yang solid,” kata Zhou Guang, analis China International Capital Corporation Limited (CICC), seperti dikutip dari Reuters.

Indeks start-up teknologi ChiNext telah naik 2,2% sepanjang bulan ini menyusul penguatan sebesar 6,5% pada Agustus. “Ekspektasi bahwa pertumbuhan ekonomi akan tetap menguat sampai akhir tahun telah mendukung ekuitas,” lanjut Zhou.

Ekonomi China telah memberi kejutan kepada banyak orang dengan laju pertumbuhan yang solid tahun ini meskipun terdapat kekhawatiran bahwa tindakan keras pihak otoritas terhadap utang serta pembatasan pada pasar properti akan memukul output. Ada juga harapan agar pihak regulator bisa melonggarkan cengkeraman mereka di pasar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper