Bisnis.com, JAKARTA - Korporasi infrastruktus gas milik negara, PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., memperkirakan laba perusahaan mencapai US$150 juta (sekitar Rp2 triliun, asumsi 1US$=Rp13.330) pada akhir 2017.
Direktur Keuangan PGN Nusantara Suryono mengatakan pihaknya sedang menghadapi banyak kendala. "Volume gas yang diserap oleh pelanggan menurun sangat tajam, harga penjualan kami juga sudah menurun atas permintaan dari berbagai intitusi yang ada di Indonesia," katanya dalam rapat bersama Komisi VI DPR, Selasa (5/9).
Penjelasan itu disampaikan dalam konteks pembahasan besaran dividen yang akan dibayarkan oleh BUMN kepada negara dari tahun buku 2017. Berdasarkan data yang disampaikan oleh Kementerian BUMN, semula emiten berkode saham PGAS itu ditargetkan dapat mengantongi laba Rp3,7 triliun pada 2017.
Dari laba tersebut, pemerintah mematok rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio/DPOR) sebesar 50%. Dengan demikian, perkiraan dividen yang perlu disetorkan perseroan kepada pemegang saham sebesar Rp1,06 triliun. Oleh karena itu, apabila laba perseroan turun dan target dividen tetap, Nusantara mengatakan besaran DPOR dapat diperbesar.
"Kalau mau nilai (dividen) sama, maka persentasenya bisa diubah, kalau (sekarang) 50% berarti (nanti) bisa lebih tinggi dari 50%," kata Nusantara.
Menurutnya, kinerja perusahaan per semester I/2017 di bawah target. Seperti diketahui, PGN baru saja menerbitkan laporan keuangan per 30 Juni 2017 pada akhir pekan lalu setelah perusahaan melakukan penelahaan terbatas. Perusahaan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$50,28 juta pada 30 Juni 2017 atau turun 67% dibandingkan dengan US$152,45 pada 30 Juni 2016.
Kinerja itu diperoleh setelah perusahaan membukukan pendapatan neto sebesar US$1,41 miliar per 30 Juni 2017 atau turun 1,9% dibandingkan dengan US$1,43 miliar per 30 Juni 2016.
Pendapatan perusahaan diperoleh dari hasil kontribusi pendapatan distribusi gas bumi sebesar US$1,16 miliar dan penjualan minyak dan gas sebesar US$212 juta.