Bisnis.com, JAKARTA--- Kementerian BUMN memastikan hanya 4 anak usaha BUMN yang menggelar penawaran umum perdana saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada 2017 atau lebih rendah dari rencana semula 9 perusahaan.
Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro mengatakan anak usaha BUMN itu antara lain PT Garuda Maintenance Facility (anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.,), PT PP Presisi (milik PT PP (Persero) Tbk.,), PT Wijaya Karya Gedung (milik PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.,) dan PT Jasa Armada Indonesia (anak usaha PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)). GMF akan IPO terlebih dulu, diikuti secara berturut-turut oleh PP Presisi, Wika Gedung dan Jasa Armada Indonesia.
Secara keseluruhan, dana yang ditargetkan dari IPO 4 anak usaha itu sebesar Rp11,1 triliun. Menurutnya, anak usaha itu akan IPO dalam rentang waktu Oktober sampai awal Desember 2017. "Jedanya nanti setiap 2 minggu," katanya di Gedung Kementerian BUMN, Selasa (29/8).
Menurutnya, jadwal IPO itu akan diatur supaya tidak membuat bingung investor. Aloysius mengatakan jadwal pelaksanaan IPO itu diharapkan tidak sampai Desember mengingat pada akhir tahun sudah banyak investor yang berlibur. Sampai akhir Agustus 2017, belum ada satupun anak usaha BUMN yang IPO.
Menurutnya, 5 anak usaha BUMN lainnya tetap melakukan IPO tapi tidak pada 2017 melainkan pada 2018. Aloysius mengatakan sejumlah anak usaha BUMN menunda rencana IPO karena sejumlah faktor seperti rencana restrukturisasi anak usaha BUMN properti hingga pembenahan manajemen internal anak usaha.
Lima anak usaha BUMN yang menunda IPO pada 2017 antara lain PT Wijaya Karya Realty (milik Wijaya Karya), PT PP Urban dan PT PP Energi (milik PTPP), PT Tugu Pratama Indonesia (milik PT Pertamina (Persero)) dan PT HK Realtindo (milik PT Hutama Karya (Persero)).