Bisnis.com, JAKARTA – Curah hujan yang masih begitu tinggi membuat produksi batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) turun 18,11% pada paruh pertama tahun ini menjadi 10,4 juta ton.
Direktur Keuangan ITMG Yulius Gozali mengatakan pada paruh pertama tahun lalu, produksi batu bara mencapai 12,7 juta ton. Penurunan produksi sekitar 18% tersebut, lanjutnya, disebabkan oleh curah hujan yang tinggi.
“Harga jual rata-rata batu bara yang lebih tinggi mengimbangi penurunan tersebut,” katanya saat dihubungi, Selasa (15/8/2017).
Dia menambahkan, laba bersih perusahaan pada semester I/2017 sebesar US$105,3 juta dibandingkan dengan US$36,5 juta pada periode yang sama tahun lalu. Dalam laporan keuangan perseroan yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia, Jumat (11/8/2017), menunjukkan penaikan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk didorong oleh meningkatnya pendapatan bersih sebanyak 22,85% dari US$609,48 juta pada semester I/2016 menjadi US$748,78 juta pada semester I/2017.
Kendati demikian beban pokok penjualan juga mengalami kenaikan 8,76% menjadi US$536,24 juta pada semester I/2017 dari US$493,06 juta pada semester I/2016. Alhasil, laba kotor melonjak 82,58% menjadi US$212,54 juta pada paruh pertama tahun ini dari US$116,41 juta pada paruh pertama tahun lalu.
Sementara itu, riset analis dari Credit Suisse Paworamon Suvarnatemee mengungkapkan pada kuartal II/2017, ITMG mencatatkan laba bersih sebanyak US$48 juta atau turun 16% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Penurunan tersebut, lanjutnya, disebabkan oleh harga jual rata-rata (average selling price/ASP) relatif stabil secara kuartalan pada level US$68 per ton.
Dia mengungkapkan volume penjualan batu bara ITMG pada kuartal II/2017 naik 4% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya menjadi 5,6 juta ton. Meskipun produksi batu bara pada kuartal tersebut turun 4% menjadi 4,93 juta ton dibandingkan dengan kuartal I/2017.
“Kami memperkirakan ASP akan lebih tinggi pada kuartal III/2017 yang didorong oleh lonjakan harga di pasar spot baru-baru ini. Volume penjualan bisa meningkat pada kecepatan yang lambat seiring dengan persediaan yang rendah,” katanya dalam risetnya, Senin (14/8/2017).
Kendati demikian, pada kuartal III/2017, dia memperkirakan biaya produksi akan lebih rendah dibandingkan dengan kuartal II/2017. Meskipun demikian, Paworamon yakin target ASP yang ia perkirakan pada tahun ini akan tercapai.
Pasalnya, dia menargerkan ASP pada level US$66 per ton pada semester I/2017, tetapi realisasinya berada pada level US$68 per ton. Oleh karena itu, Credit Suisse memberikan rating outperform untuk ITMG dengan target price Rp28.000.