Bisnis.com, JAKARTA--Kendati dibayangi oleh musim kemarau yang berisiko menimbulkan kebakaran lahan, PT Sampoerna Agro Tbk. optimistis produksi kebun sawit akan tumbuh 15%-20% sepanjang tahun ini.
Budi Setiawan Halim, Direktur Keuangan Sampoerna Agro, mengatakan sepanjang Januari-Juni 2017, produksi tandan buah segar naik 44% dari 453.677 ton menjadi 652.185 ton. Namun, produksi pada kuartal II/2017 anjlok 36% dibandingkan dengan Januari-Maret 2017.
"Kuartal II/2017 terjadi penurunan produksi di Sumatera, tetapi ada offset dari produksi kebun Kalimantan yang naik," kata Budi dalam paparan publik, Senin (7/8).
Menurutnya, penurunan produksi itu merupakan siklus tahunan. Budi mengatakan hasil produksi pada semester II relatif lebih tinggi dari semester I dengan estimasi perbandingan 55:45.
"Overall, kami optimistis produksi semester II/2017 lebih baik dari semester I. Jadi sepanjang 2017 produksi tumbuh 15%-20% dibandingkan tahun lalu," imbuhnya.
Di sisi lain, perseroan mengantisipasi risiko kebakaran lahan dan hutan (karhutla) yang kerap terjadi pada musim kemarau. Antisipasi tersebut dilakukan dengan menerapkan kebijakan zero burning yang dituangkan dalam perjanjian dengan kontraktor pembukaan lahan.
Perseroan berkode saham SGRO ini juga menyiapkan sarana dan prasarana pemadam kebakaran dan menjalin kerjasama dengan pemangku kepentingan, seperti pemerintah daerah, manggala agni, dan masyarakat sekitar perkebunan.
Michael Kesuma, Director & Investor Relation Sampoerna Agro, menambahkan perseroan mengutamakan strategi pencegahan munculnya titik api.
"Kalau kita deteksi titik api akan dikomunikasikan langsung dan segera ditangani oleh fire team dan bagian operasional kebun," ucapnya.
Pada medio Agutus 2016, anak usaha SGRO PT National Sago Prima (NSP) sempat menerima gugatan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) atas kasus kebakaran hutan dan lahan. Namun, belum ada kelanjutan dari kasus tersebut.