Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia kembali merosok menuju US$40, aksi pemangkasan produk oleh Organization of the Petroleum Exporting Countries atau OPEC gagal berdampak karena Amerika Serikat semakin giat mengebor shale oil. Lalu cara apalagi yang bisa dilakukan OPEC untuk bisa menstabilkan harga minyak?
Dari data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) telah menyusut sebesar 11,27% menjadi US$42,87 per barel sepanjang bulan berjalan ini, sedangkan harga minyak Brent turun sebesar 9,81% menjadi US$45,37 per barel.
Solusi pemangkasan produksi minyak OPEC yang sudah ditolak pada bulan lalu tampaknya sudah tidak mungkin untuk dilakukan.
Pasanya, untuk mencapai kesepakatan akan cukup sulit. Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh menegaskan di media lokal kalau pertemuan di Wina pekan ini hanya akan ada peluang kecil untuk memperdalam pemangkasan produksi minyak demi menstabilkan harga minyak.
Menurut salah satu delegasi dalam pertemuan itu seperti dilansir Bloomberg pada Jumat (23/6/2017) yang menjadi perhatian dalam pertemuan ini adalah kenaikan produksi di Libia dan Nigeri. Rusia mengindikasikan akan menjadi penentang terkait rencana pendalaman pemangkasan produksi.
Mantan kepala penelitian di kelompok itu Hasan Qabazard mengatakan, mungkin memperdalam pemotongan produksi menjadi salah satu pilihan yang baik.
Baca Juga
“Walaupun, memang harus mengorbankan pangsa pasar OPEC, tetapi apakah mereka ingin kehilangan pangsa pasar? Saya berpikir tida karena banyak negara yang sudah berinvestasi meningkatkan kapasitas produk baru-baru ini,” ujarnya.
Keengganan anggota OPEC untuk memangkas produksi lebih dalam disebabkan oleh Amerika Serikat (AS) yang terus meningkatkan produk minyak shale oil. Bahkan, dengan harga minyak dunia yang lebih rendah, Negeri Paman Sam masih mampu mendapatkan keuntungan.
Pada pekan lalu produksi shale oil naik 9,35 juta barel per hari, menjadi level tertinggi sejak Agustus 2015.
Zanganeh pun menyebutkan, laju keniakan produksi minyak AS itu telah melampau tawar menawar OPEC.
Perselisihan internal OPEC pun membuat dua anggota dari Afrika mulai melupakan pemotongan produksi. Libia mulai memompa minyak sekitar 900.000 barel per hari, level tertinggi dalam empat tahun terakhir.
Lalu, di Nigeria, terminal ekspor utama mulai aktif setelah penghentian 15 bulan terakhir dan siap mengirimkan 250.000 barel per hari pada bulan ini.
Kepala Riset Global Oil Trading House Gunvor Group Ltd. David Fyfe mengatakan, OPEC perlu mengimbangi pasokan tambahan yang terjadi di Libia dan Nigeria.
“Apalagi, pada tahun depan, pesaing OPEC, terutama AS akan mempunyai pasokan melimpah untuk memenuhi permintaan. Hal itu bisa membuat permintaan minyak mentah OPEC turun sebesar 200.000 barel per hari pada tahun depan,” ujarnya.
Untuk bisa memutsukan secara bersama menambah pemangkasan produksi akan cukup sulit. Untuk keputusan pemangkasan produksi pertama kemarin saja, OPEC bersama sekutunya membutuhkan waktu hampir setahun dan diputuskan pada tahun lalu.
Hal itu membuat kesepakatan baru berpotensi lebih rumit ditambah dinamika politik. Analis Danske Bank A/S Jens Pedersen mengatakan pasar mungkin berharap OPEC memangkas produksi lebih banyak lagi, tetapi pasar tidak mengharapkan pemangkasna produksi lebih lanjut kalau harga minyak tidak turun terlalu jauh lagi.