Bisnis.com, JAKARTA – Secara mengejutkan, Jepang mencatat defisit neraca perdagangan pada bulan Mei, karena impor yang lebih tinggi dari perkiraan melampaui pertumbuhan ekspor.
Berdasarkan data Departemen Keuangan, ekspor meningkat 14,9% pada bulan Mei dari bulan yang sama tahun sebelumnya, lebih rendah dari perkiraan analis sebesar 16%.
Sementara itu, impor meningkat hingga 17,8%, lebih tinggi dari perkiraan analis sebesar 14,5%. Dengan pertumbuhan ini, Jepang mencatat defisit perdagangan hingga 203,4 miliar yen (US$1,8 miliar).
Seperti dilansir Bloomberg, neraca perdagangan Jepang telah mengalami kenaikan sejak awal tahun ini, dengan pertumbuhan lima bulan berturut-turut baik dalam ekspor maupun impor. Ini merupakan indikasi ekonomi global yang semakin sehat dan yen yang relatif kompetitif.
Sementara itu, Bank of Japan telah menyatakan optimisme bahwa konsumsi swasta akan turut membantu mendorong pemulihan ekonomi Jepang, bersamaan dengan ekspor.
Takeshi Minami, kepala ekonom Jepang di Norinchukin Research Institute, mengatakan data ekonomi hari ini menegaskan bahwa ekspor akan terus mendorong ekonomi Jepang dalam beberapa bulan mendatang dan memberi dorongan secara bertahap untuk belanja modal dan pengeluaran rumah tangga.
Baca Juga
“Eksportir Jepang diuntungkan dari pemulihan produksi global, dan defisit perdagangan terutama karena kenaikan impor mencerminkan ekonomi tangguh Jepang," kata Minami, seperti dikutip Bloomberg.