Bisnis.com, JAKARTA--PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menerbitkan surat utang senilai total Rp2 triliun dengan kupon yang ditawarkan 7,2%-8,5%.
Surat utang itu terdiri dari obligasi konvensional senilai Rp1,6 triliun dan sukuk ijarah (surat utang syariah) Rp400 miliar. Penerbitan surat utang itu merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) obligasi dengan target dana Rp10 triliun yang terdiri dari obligasi konvensional Rp8 triliun dan sukuk ijarah Rp2 triliun.
Obligasi itu terdiri dari tiga seri di mana seri A bertenor 5 tahun dengan indikasi kupon 7,2%-7,7%, seri B bertenor 7 tahun dengan indikasi kupon 7,5%-8,1% dan seri C bertenor 7,95%-8,5%. Pelaksana penjamin emisi penerbitan obligasi itu antara lain PT Bahana Sekuritas, PT Danareksa Sekuritas, PT IndoPremier Sekuritas, dan PT Mandiri Sekuritas.
Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto mengatakan, penerbitan obligasi itu untuk memenuhi kebutuhan pendanaan sekitar Rp100 triliun pada 2017. "Dari dana internal kami bisa separuh," katanya dalam konferensi pers, Selasa (6/6/2017).
Menurutnya, selain dari penerbitan obligasi, perusahaan mendapatkan sumber pendanaan lain dari pinjaman perbankan, pinjaman lembaga keuangan multilateral hingga penerbitan surat utang global. Sarwono mengatakan, PLN telah menerbitkan obligasi global US$2 miliar beberapa waktu lalu.
Dana hasil penerbitan obligasi itu akan diginakan oleh perseroan untuk investasi pembangunan infrastruktur kelistrikan di Indonesia. Obligasi ini akan ditawarkan dalam masa penawaran awal yang berlangsung sejak Selasa (6/6/2017) sampai Kamis (15/6/2017).