Bisnis.com, JAKARTA—Emiten transportasi PT Adi Sarana Armada Tbk. akan menambah utang baru perbankan senilai Rp1 triliun untuk memenuhi kebutuhan belanja modal tahun ini senilai Rp1 triliun, meningkat signifkan dibandingkan Rp800 miliar tahun lalu.
Dalam rapat umum pemegang saham luar biasa yang digelar perseroan pada Selasa, 30 Mei 2017 di Jakarta, pemegang saham perseroan setuju atas rencana penjaminan sebagian besar atau seluruh aset perseroan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memperoleh tambahan modal.
Hindra Tanujaya, Direktur Keuangan Adi Sarana Armada, mengatakan bahwa karakter bisnis perseroan memungkinkan perseroan untuk sepenuhnya mengandalkan pinjaman dari perbankan untuk memenuhi kebutuhan investasi.
Secara garis besar, antara 80% hingga 90% utang perbankan emiten dengan kode saham ASSA ini digunakan untuk keperluan investasi, sementara 10% hingga 20% untuk modal usaha.
Tahun ini, perseroan berencana melanjutkan ekspansi tahun lalu dengan meningkatkan jumlah pembelian kendaraan baru serta menambah lahan guna dibangun cabang baru untuk bisnis jasa pelelangan mobil yang baru dimulai perseroan.
“Porsi terbesar dari capex Rp1 triliun tahun ini adalah untuk menambah kendaraan baru antara 4.000 sampai 4.500 unit. Sekitar 60% untuk beli kendaraan, 20% untuk infrastruktur pengembangan cabang dan 20% untuk pengembangan usaha lain,” katanya, Selasa (30/5/2017).
Tahun lalu, perseroan telah menambah mobil baru untuk bisnis penyewaan mobil sebanyak 3.500 unit dan menjual 2.200 unit. Dengan demikian, total armada perseroan menjadi 19.200 unit. Tahun ini perseroan akan melanjutkan penjualan armada lama sebanyak 3.000 unit.
Dengan estimasi tiap unit dijual Rp100 juta, perseroan berpotensi meraup dana Rp300 juta untuk mendukung pelunasan utang perbankan perseroan atau menambah kebutuhan belanja modal.
Projo Sunarjanto, Direktur Utama ASSA, mengatakan perseroan akan menambah utang secara bertahap sebab pembelian kendaraan tidak dilakukan secara sekaligus. Hingga kuartal pertama ini perseroan baru membeli sekitar 700 unit.
Menurutnya, karakter bisnis perseroan lebih aman bila menggunakan utang perbankan dibandingkan menerbitkan obligasi baru, sebab dana obligasi cair secara sekaligus sementara kebutuhan dana perseroan adalah bertahap. Obligasi justru akan meningkatkan biaya dana perseroan.
Di samping itu, hingga saat ini perseroan telah melakukan pembelian lahan seluas 1,5 hektar untuk pengembangan bisnis jasa pelelangan mobil. Sebesar 1,1 hektar berada di Medan, Sumatra Utama, sementara sisanya ada di Daan Mogot, Jakarta.
Saat ini, rasio utang terhadap modal (DER) perseroan berada di posisi 2,4 kali dengan total aset mencapai Rp3 triliun. Penambahan utang sebesar Rp1 triliun tidak akan secara drastis meningkatkan tingkat DER perseroan sebab dilakukan bertahap dan ditebus pula oleh cicilan bulanan yang berkelanjutan.