Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja obligasi rupiah diprediksi semakin membaik seiring dengan aksi S&P yang memberikan peringkat investment grade kepada Indonesia.
Dalam riset Australia and New Zealand (ANZ) memandang obligasi rupiah dengan tenor lima tahun dan 20 tahun memiliki prospek positif jangka panjang, sedangkan tenor 10 tahun akan positif dalam jangka pendek.
“Prospek permintaan kemungkinan akan menjadi fokus utama, sedangkan prospek persediaan menjadi fokus kedua. Arus modal asing masuk akan menjadi salah satu sentimen positif,” tulisnya dalam riset.
Permintaan obligasi rupiah juga didukung oleh kondisi makroekonomi Indonesia dan likuiditas global. Dengan kenaikan peringkat itu, basis investor asing akan menguat dalam jangka menengah.
Kemarin, Indonesia pun secara resmi mendapatkan kenaikan peringkat menjadi investment grade oleh lembaga pemeringkat S&P. Dengan begitu, Indonesia sudah memiliki peringkat investment grade dari tiga lembaga pemeringkat yakni, S&P, Moody’s, dan Fitch.
ANZ menilai alasan S&P memutuskan untuk menaikkan peringkat Indonesia karena risiko fiskal yang sudah berkurang. Hal itu didukung oleh penganggaran dan pengurangan subsidi yang lebih realistis. S&P pun memperkirakan utang bersih pemerintah Indonesia akan tetap berada di bawah 30% dari total produk domestik bruto (PDB).
Selain itu, Bank Indonesia (BI) juga dinilai cukup baik dalam mengurangi gejolak sistem keuangan dan juga meningkatkan fleksibilitas nilai tukar serta komitmen terhadap target inflasi.
Lalu, bank sentral Indonesia itu juga mendorong pendalaman instrumen yang berbasis pasar dalam melakukan kebijakan moneter dipandang sebagai perkembangan positif signifikan.
Terakhir, penyusutan defisit transaksi berjalan dan moderasi inflasi juga dipandang sebagai perkembangan yang positif untuk perekonomian Indonesia.
“Kami menilai ketidakseimbangan makro sudah surut secara signifikan saat ini dibandingkan dengan dua tahun terakhir,” tulis ANZ dalam risetnya.