Bisnis.com, JAKARTA - Emiten perunggasan diproyeksi mengalami peningkatan margin laba kotor pada kuartal II/2017 seiring panen jagung lokal yang berpotensi menekan harga bahan baku pakan unggas.
Mimi Halimin, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, menuturkan emiten perunggasan menutup kuartal I/2017 dengan capaian kinerja yang lesu. Penyebabnya, daya beli masyarakat yang lemah di tengah kondisi kelebihan pasokan dan biaya produksi yang lebih tinggi dari perkiraan.
"Kenaikan harga jagung lokal juga menekan margin perusahaan unggas. Untuk kuartal II/2017, kami harap ada peningkatan margin laba kotor karena panen utama jagung yang masih berlangsung sampai Maret," kata Mimi dalam riset yang dipublikasikan Jumat (12/5/2017).
Meski berharap margin laba kotor emiten unggas bakal membaik, capaian tersebut relatif lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.
Pasalnya, produsen pakan ternak masih dapat menggunakan gandum impor sebagai bahan baku pengganti jagung. Strategi tersebut menopang margin emiten unggas pada 2016, tetapi tidak bisa diterapkan lagi pada tahun ini lantaran ada pembatasan impor gandum untuk pakan ternak oleh pemerintah.
Mimi menambahkan sepanjang Januari-Maret 2017, harga day old chick (DOC) dan boiler sangat lemah, bahkan diperdagangkan di bawah harga pokok produksi (HPP). Untuk itu, pemerintah merilis Keputusan Menteri Pertanian tentang pengurangan DOC FS broiler, DOC FS jantan layer, dan FS ayam layer. Hasilnya, harga DOC dan live-birds pada April meningkat cukup tinggi.
"Kami juga mengharapkan peningkatan harga pada kuartal II/2017 mengingat perayaan Idul Fitri jatuh pada Juni 2017," imbuhnya.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan kinerja perusahaan unggas pada tahun ini tidak akan sebaik tahun lalu. Pasalnya, capaian tahun lalu cukup tinggi. "Secara keseluruhan, kami mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor poultry."