Bisnis.com, JAKARTA- Menurut Bank Indonesia, posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir Maret 2017 tercatat sebesar US$121,8 miliar atau naik 1,6% dibandingkan dengan akhir bulan sebelumnya US$119,9 miliar.
Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa, antara lain dari penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah, penerbitan global bonds pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas.
Posisi cadev Maret 2017 tersebut cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Cadev Maret 2017 merupakan level cadev tertinggi sejak Agustus 2011. Tingginya cadev Maret 2017 tersebut terutama ditopang oleh penerbitan Sukuk Global di pasar internasional pada akhir bulan lalu sebesar US$3 miliar (sekitar Rp40 triliun), terdiri dari US$1 miliar untuk tenor 5 tahun (yield 3,40%) dan US$2 miliar untuk tenor 10 tahun (yield 4,15%).
"Penerbitan global sukuk ini merupakan penerbitan US Dollar Global Sukuk terbesar oleh pemerintah," tulis HP Financials dalam risetnya yang diterima hari ini, Senin (10/4/2017)..
Seperti diketahui, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Maret 2017 tercatat sebesar US$121,8 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2017 yang sebesar US$119,9 miliar.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara megungkapkan peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh penerimaan devisa.
Penerimaan tersebut berasal dari penerimaan pajak dan devisa ekspor migas bagian pemerintah, penerbitan global bonds pemerintah, serta hasil lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas.
"Penerimaan devisa tersebut melampaui kebutuhan devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan SBBI valas jatuh tempo," ungkapnya, Jumat (Bisnis.com, 7 April 2017).
Dia menambahkan posisi cadangan devisa per akhir Maret 2017 tersebut cukup untuk membiayai 8,9 bulan impor atau 8,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar tiga bulan impor.
Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.