Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten perunggasan PT Japfa Comfeed Tbk., menargetkan kenaikan pendapatan sebesar 10% pada tahun ayam api dari pencapaian pada 2016 sebesar Rp27,06 triliun.
Bambang Budi Hendarto, Wakil Direktur Utama PT Japfa Comfeed Tbk., menyampaikan dalam memacu pertumbuhan pendapatan, manajemen masih akan berfokus pada lini usaha poultry. Tahun kemarin, divisi perunggasan menyumbang 86% dari total pendapatan, dan 2015 berkontribusi 85%.
Pada 2016, emiten bersandi saham JPFA ini, membukukan kenaikan pendapatan sebesar 8,15% year on year/yoy menjadi Rp27,06 triliun. Adapun laba bersih melonjak 340,94% menuju Rp2,06 triliun.
Dari sektor poultry, sambungnya, perusahaan akan mulai fokus mengembangkan produk hilir berupa daging ayam siap masak dan siap saji. Pasalnya, pemasukan dari pemrosesan rumah potong ayam hanya memberikan marjin yang tipis.
"Segmen poultry kita juga akan fokus juga di hilir, membuat produk yang ready to eat atau siap masak. Karena mengandalkan rumah potong saja kurang cukup," tuturnya setelah Rapat Umum Pemagang Saham (RUPS), Rabu (5/4/2017).
Dalam memacu kinerja, perusahaan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp1,5 triliun pada 2017, naik 95,56% yoy dari realisasi pada 2016 senilai Rp767 miliar. Rinciannya, Rp270 miliar digunakan untuk pengembangan silo, corn dryer, dan gudang yang existing agar bisa menyerap jagung lokal lebih banyak. Lokasinya berada di sentral-sentral penghasil jagung seperti Grobogan dan Brebes, Jawa Tengah, serta Lampung.
Alokasi yang lebih besar, yakni Rp500 miliar digunakan untuk penambahan fasilitas dan kapasitas rumah potong beserta pengolahan (slaughter house). Kini, perusahaan memiliki 9 slaughter house.
Jumlahnya akan bertambah menjadi 12, karena 1 slaughter house baru akan beroperasi di Yogyakarta, dan 2 lainnya bakal dibangun di Padang dan Balikpapan. Dana capex selebihnya dipakai untuk perbaikan fasilitas pembibitan anak ayam dan upgrade mesin feedmill atau pakan ayam.
Koesbyanto Setyadharma, Direktur PT Japfa Comfeed Tbk., menyampaikan anggaran capex sebesar Rp1,5 triliun berasal dari sana internal. Namun, tidak menutup kemungkinan perseroan melakukan pinjaman karena tingkat leverage yang masih rendah.
Dalam RUPS, pemegang saham setuju menggunakan laba konsolidasi perseroan tahun buku 2016 sebesar Rp2,06 triliun untuk dana cadangan perseroan sebesar Rp41,3 miliar, Rp50 per saham sebagai dividen tunai, dan sisanya dicatat sebagai saldo laba.
Dengan estimasi jumlah saham yang beredar sebanyak 11,39 miliar lembar, maka perseroan mengalokasikan dana dividen sejumlah Rp569,5 miliar.