Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Alam Sutra Tergerus 15%

Tekanan terhadap bisnis properti sepanjan tahun lalu turut berimbas pada kinerja emiten properti PT Alam Sutera Realty Tbk. yang mesti puas dengan penurunan laba bersih sebesar 15%, dari Rp 595,5 miliar di tahun 2015 menjadi Rp508,8 miliar.
Perumahan Alam Sutra/alamsutra
Perumahan Alam Sutra/alamsutra

Bisnis.com,  TANGERANG - Tekanan terhadap bisnis properti sepanjan tahun lalu turut berimbas pada kinerja emiten properti PT Alam Sutera Realty Tbk. yang mesti puas dengan penurunan laba bersih sebesar 15%, dari Rp 595,5 miliar di tahun 2015 menjadi Rp508,8 miliar.

Dalam keterangan resmi perseroan, Minggu (2/4/2017), emiten dengan kode saham ASRI tersebut membukukan total pendapatan 2016 senilai Rp2,7 triliun. Pendapatan dari penjualan rumah dan ruko mengalami pertumbuhan yang pesat sebesar 208% menjadi Rp1 triliun di tahun 2016 dibandingkan dengan Rp325,1 miliar pada tahun 2015.

Selain itu, ASRI juga berhasil membukukan pendapatan yang substansial dari apartemen dan gedung perkantoran sebesar Rp437,5 miliar setelah pengakuan yang minim sejak 2013.

Pendapatan dari tanah kavling menurun menjadi Rp902,1 miliar pada tahun 2016 setelah meraih pencapaian tertinggi sebesar Rp2,09 triliun pada tahun 2015.

Pendapatan berulang menyumbang pertumbuhan tahunan yang konstan menjadi Rp373,5 miliar pada tahun 2016 dibandingkan dengan Rp 358,9 miliar di tahun 2015 di tengah kondisi sektor properti yang cyclical.

Pertumbuhan yang menggembirakan sebesar 26% dikontribusikan oleh proyek Garuda Wisnu Kencana di Bali.

Laba bruto mengalami penurunan menjadi Rp1,46 triliun di tahun 2016 dari Rp 2,05 triliun pada tahun 2015. Hal ini disebabkan oleh perubahan komposisi pengakuan pendapatan, penurunan terbesar terjadi pada tanah kavling yang bermarjin tinggi.

Marjin laba bruto adalah 54% dan 74% untuk tahun 2016 dan 2015 sedangkan marjin EBITDA mengikuti trend tersebut yaitu 44% dan 62% untuk tahun 2016 dan 2015.

ASRI membukukan laba selisih kurs sebesar Rp157,6 miliar pada tahun 2016 karena penguatan Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat pada akhir 2016.

Kurs penutupan USD/IDR adalah Rp13.436 pada 31 Desember 2016 dibandingkan dengan Rp13,795 pada 31 Desember 2015. Tetapi, ASRI menanggung beban pembelian kembali obligasi yang akan jatuh tempo pada tahun 2019.

“Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mengalami penurunan sebesar 15% menjadi Rp508,8 miliar di tahun 2016 dari Rp 595,5 miliar di tahun 2015,” tulis manajemen.

Marjin laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk adalah sebesar 19% dan 21% secara berturutturut untuk tahun 2016 dan 2015.

Pada bulan Oktober 2016, ASRI telah berhasil memasuki pasar obligasi global dengan menerbitkan obligasi sebesar USD245 juta (dengan kupon sebesar 6,625%) yang akan jatuh tempo pada tahun 2022 untuk melunasi obligasi global sebesar USD 225 juta (dengan kupon sebesar 9%) yang akan jatuh tempo di 2019.

ASRI secara terus menerus telah berhasil memperkuat posisi neraca dan menurunkan netgearing ratio menjadi 92% di tahun 2016 dari 102% pada tahun 2015.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper