Bisnis.com, JAKARTA- Pada akhir November lalu Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) sepakat untuk membatasi produksi sebesar 1,2 juta barel/hari.
Keputusan ini didukung oleh beberapa negara non-OPEC terutama Rusia, sehingga total pemangkasan produksi menjadi 1,8 juta barel/hari (total output turun menjadi 32,5 juta barel/hari).
“Namun periode persetujuan untuk pengurangan produksi minyak tersebut hanya berlaku selama Januari-Juni 2017, sehingga jika pemangkasan produksi tidak berlanjut, harga minyak berpotensi kembali tertekan,” tulis HP Financials dalam risetnya yang diterima hari ini, rabu (22/2/2017).
Sementara itu, Energy Information Administration (EIA) mengungkapkan, sejak Oktober 2016, produsen minyak AS meningkatkan produksi hampir 500.000 barel/hari.
Peningkatan produksi minyak AS yang berpotensi mendorong kenaikan inventori, serta pemangkasan produksi minyak yang telah tercermin dalam pergerakan pasar dan minimnya sentimen positif dari OPEC, menjadi downside risk terhadap potensi penguatan harga minyak ke depan.
Secara ytd, harga minyak WTI naik 0,6% ke level USD 54,06/barel, setelah menguat sekitar 45% yoy pada akhir tahun lalu.