Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos Mayapada Group Incar 90% Saham Bank Permata

Seperti dilansir Bloomberg (Senin, 13/2/2017), Tahir menyatakan bahwa Mayapada Group berencana untuk membeli 90% saham Bank Permata yang dimiliki oleh Standard Chartered Plc. dan PT Astra International.
Bank Permata/Antara-Reno Esnir
Bank Permata/Antara-Reno Esnir

Bisnis.com, JAKARTA – Pemilik Bank Mayapada Internasional Dato’ Sri Tahir berniat untuk menguasai saham Bank Permata seiring upaya untuk mengambil posisi dalam jajaran bank terbesar di Indonesia.

Seperti dilansir Bloomberg (Senin, 13/2/2017), Tahir menyatakan bahwa Mayapada Group berencana untuk membeli 90% saham Bank Permata yang dimiliki oleh Standard Chartered Plc. dan PT Astra International.

Selanjutnya, ia akan menggabungkannya dengan Bank Mayapada untuk menciptakan bank non-pemerintah terbesar dalam hal aset di Indonesia setelah PT Bank Central Asia (BCA).

Mayapada Group telah membeli saham Bank Permata dari pasar sejak November. Saham Bank Permata dimiliki oleh Standard Chartered dan Astra yang masing-masing memiliki porsi sebesar 45%.

Merger yang dimaksud akan membantu pendiri Mayapada Group tersebut untuk memperluas jejak Bank Mayapada serta bersaing lebih efektif dengan bank pemerintah dan BCA.

Tahir pun yakin dapat menanggulangi lonjakan kredit macet di Bank Permata yang telah membebani kinerja sahamnya.

“Permata, dalam taksiran saya, menghadapi masa yang berat akibat kredit macet. Saya tidak melihat alasan mengapa Standard Chartered perlu mempertahankan Permata. Strategi saya adalah, jika para pemegang saham Bank Mayapada dapat memiliki kesempatan untuk membeli semua saham Bank Permata, maka harus merger dengan Bank Mayapada,” tutur Tahir dalam suatu wawancara.

Menanggapi pernyataan Tahir atas Bank Permata, juru bicara Standard Chartered menyatakan bahwa bank asal Inggris tersebut berkomitmen terhadap Indonesia, pasar yang dinilai sangat penting.

Tira Ardianti, kepala hubungan investor untuk Astra, menyatakan akan terus mendukung Bank Permata. Sementara itu, juru bicara Bank Permata dilaporkan belum merespon permintaan untuk berkomentar dalam surat elektronik yang telah dilayangkan.

Bank Permata saat ini menempati bank swasta terbesar kelima di Indonesia dengan aset senilai Rp171 triliun (US$12,8 miliar) dan rasio NPL (non-performing loan) kotor sebesar 4,9% pada kuartal yang berakhir tanggal 30 September.

Menurut data otoritas jasa keuangan (OJK), angka tersebut lebih tinggi dari angka rata-rata sebesar 3,2% di antara bank-bank top Indonesia.   

Moody’s Investors Service pun pada 9 Februari menyatakan bahwa tekanan terhadap prospek negatif Bank Permata bertahan karena memburuknya kualitas aset dan profitabilitas, serta ketidakpastian seputar dukungan di masa mendatang dari pemegang saham utamanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper