Bisnis.com, SEMARANG—PT Surya Toto Indonesia Tbk. tahun ini membidik penjualan sekitar Rp Rp2,234 triliun dengan laba bersih mencapai Rp227 miliar.
Setia Budi Purwadi, Direktur Keuangan Surya Toto Indonesia, melalui surat elektronik kepada Bisnis, mengatakan target tersebut bertumbuh dari realisasi pada 2016. Meskipun laporan keuangan perseroan bersandi saham TOTO itu belum dirilis kepada publik secara resmi, Setia menyebut pendapatan 2016 sebesar Rp2,078 triliun dengan laba bersih mencapai Rp182 miliar.
Pihaknya optimistis kinerja keuangan akan terkatrol tahun ini. Pemicunya adalah proyeksi penjualan properti yang akan tumbuh. Hal itu menurutnya terdorong oleh ekpektasi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi 2017 yang mencapai 5,3% atau lebih baik dari 2016 yang sebesar 5,02%.
Selain itu, harapan sektor properti bertumbuh pun tak terlepas dari turunnya tingkat suku bunga kredit dan tingkat kelas menengah yang terus bertambah.
“ Prospek industri keramik khususnya saniter berkaitan erat dengan sektor properti, maka kami harus optimistis,” katanya, Rabu (8/2).
Dengan demikian, diharapkan tahun ini menjadi titik balik TOTO untuk kembali mencatatkan kinerja positif. Pada tahun lalu, saat sektor properti terdampak pelambatan ekonomi, perseroan hanya menargetkan kinerja keuangan yang sama dengan 2015.
Pada 2015, pendapatan perseroan mencapai Rp2,278 triliun dengan laba bersih Rp285,23 miliar. Dengan demikian, raihan pada 2016 untuk pendapatan turun 8,7% dan laba bersih hingga 36% dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya.
Di sisi lain, tahun ini perseroan menganggarkan belanja modal mencapai US$6,4 juta atau setara Rp85 miliar. Menurutnya, anggaran tersebut akan digunakan untuk pemeliharan berkala mesin-mesin dan gedung yang dimiliki perseroan.
Dia merinci, dari total anggaran belanja modal itu sekitar Rp40 miliar dialokasikan untuk fasilitas produksi Fitting, sebesar Rp32 miliar untuk fasilitas produksi Saniter dan sisanya untuk fasilitas produksi Kitchen. Dana tersebut akan berasal dari internal Perusahaan.
Sementara itu, dia menjelaskan, terkait kontribusi pendapatan dari ekspor pada 2016 hanya mencapai 26%. Jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan 2015 yang mencapai 28%.
“Berhubung kondisi ekonomi global yang masih belum pulih sampai saat ini. Belum ada negara tujuan ekspor baru,” ujarnya.
Untuk tahun ini, dia menyebut tanda-tanda pemulihan ekonomi global belum terlihat sehingga kontribusi penjualan dari ekspor terhadap pendapatan konsolidasian perseroan kembali akan menurun menjadi sekitar 24%. Meski demikian,perseroan menurutnya akan tetap berusaha untuk meningkatkan volume ekspor.
Di sisi lain, untuk meningkatkan kinerja keuangan 2017 pihaknya sedang mengkaji kemungkinan adanya kenaikan harga produk Saniter dan Fitting. Tahun ini perseroan pun akan fokus pada peningkatan penjualan dengan melakukan promosi roduk Saniter dan Fitting.