Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hasil FOMC Mengecewakan, Harga Emas Makin Bersinar

Komoditas emas mendapatkan keuntungan dari pelemahan dolar AS akibat sikap Federal Reserve yang cenderung berhati-hati. Pada kuartal pertama 2017, harga berpeluang menuju US$1.230 per troy ounce.

Bisnis.com, JAKARTA--Komoditas emas mendapatkan keuntungan dari pelemahan dolar AS akibat sikap Federal Reserve yang cenderung berhati-hati. Pada kuartal pertama 2017, harga berpeluang menuju US$1.230 per troy ounce.

Sejak Selasa (31/1), harga emas kembali menembus level US1.200 per troy ounce, berkebalikan dengan indeks dolar AS yang kembali anjlok di bawah 100.

Pada perdagangan Kamis (2/2) pukul 16:36 WIB, harga emas gold spot meningkat 7,2 poin atau 0,6% menjadi US$1.217,04 per troy ounce. Ini menunjukkan harga sudah tumbuh 6,07% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd).

Sementara indeks dolar pada pukul 16:28 WIB merosot 0,334 poin atau 0,34% menuju 99,307. Ini merupakan level terendah sejak 11 November 2016, sekaligus menunjukkan penurunan 2,85% ytd.

Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan penguatan emas dan pemerosotan dolar AS diakibatkan sikap Federal Reserve yang cenderung berhati-hati dalam memproyeksikan suku bunga. Bank sentral AS itu melakukan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Selasa-Rabu (31/1-1/2).

Pasar sangat menunggu proyeksi bank sentral terkait arah kebijakan suku bunga dan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS. Namun, hasil rapat ternyata kurang memuaskan.

"Pasca FOMC, The Fed sendiri tidak memberikan kepastian waktu kapan suku bunga akan dinaikan, meskipun mereka masih optimis dengan pertumbuhan ekonomi AS," ujarnya saat dihubungi, Kamis (2/2).

Padahal proyeksi suku bunga merupakan informasi yang sangat ditunggu investor. Namun, Federal Reserve menyiratkan pihaknya masih berada di jalur pengerekan sebanyak tiga kali pada 2017 dari level 0,5%-0,75%.

Meskipun indeks dolar AS kembali anjlok ke bawah 100, Putu menilai pelemahannya terbilang terbatas. Pasalnya, pasar masih menunggu realisasi kebijakan Donald Trump sehingga bersikap hati-hati.

Kebijakan Trump yang menumbuhkan kecemasan pasar global turut memberikan sentimen positif bagi harga logam mulia. Pasar beralih meningkatkan permintaan kepada aset haven.

Salah satu kebijakan yang dinilai kontroversial ialah pengesahan peraturan imigrasi yang melarang pendatang dari 7 negara dalam 90 hari ke depan pada akhir pekan lalu. Peraturan itu juga menyebutkan penundan penerimaan pengungsi selama 120 hari.

Selain kecemasan Trump, pasar juga menantikan risiko geopolitik dari Brexit, sehingga menambah selera terhadap emas. Proses pembahasan brexit saat ini masih ditangani parlemen.

Pada pekan ketiga Januari 2017, Mahkamah Agung memutuskan pemerintah Inggris harus mendapatkan persetujuan parlemen sebelum memulai proses formal untuk keluar dari Uni Eropa. Padahal, Perdana Menteri Theresa May menginginkan proses Brexit dapat langsung berjalan tanpa campur tangan parlemen, yang kemudian disebut sebagai pernyataan hard brexit.

"Faktor risiko geopolitik menjadi salah satu faktor penguat permintaan emas. Investor masih melihat sejauh mana efek risiko tersebut," ujarnya.

Permintaan emas juga mendapat angin segar dari selesainya libur panjang China dalam rangka perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada tanggal 28 Januari 2017. Adapun libur panjang berlangsung selama tujuh hari mulai 27 Januari 2017.

Menurut Putu, harga emas berpeluang menguat terbatas pada kuartal I/2017 dengan rentang pergerakan antara US$1.195-US$1.230 per troy ounce. Sentimen utama yang memengaruhi ialah belum perkasanya dolar AS.

Pasar memiliki ekspektasi yang besar kepemimpinan Trump dapat memacu perekonomian AS. Data-data ekonomi, seperti pertumbuhan domestik bruto (PDB) kuartal I/2017 dan inflasi, di bawah presiden anyar baru keluar pada April 2017. Oleh karena itu, pergerakan dolar belum akan stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper