Bisnis.com, JAKARTA— Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi penguatan rupiah terhenti pada perdagangan Kamis (15/12/2016) seiring dengan menguatnya indeks dolar AS sebagai respon dari the Fed yang menaikkan suku bunganya.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan sesuai ekspektasi, the Fed menaikkan FFR target sebesar 25bps. The Fed juga melihat akan ada kenaikan suku bunga tiga kali di 2017, atau lebih tinggi dari perkiraan awal.
Adapun, indeks dolar AS merespon dengan kenaikan tajam, sedangkan imbal hasil US Treasury 10 tahn naik lebih dari 10 bps ketika S&P 500 anjlok semalam. Setelah ECB dan the Fed mensinyalkan kebijakan moneter bias ketat di 2017, saat ini fokus langsung beralih ke pertemuan BoE malam nanti dan BoJ pada 20 Desember16 mendatang.
Lantaran faktor kenaikan suku bunga tersebut, pergerakan dolar diperkirakan menguat tajam di pasar Asia hari ini. “Sementara, tren penguatan rupiah beberapa hari terakhir berpeluang terhenti sementara hari ini melihat penguatan tajam indeks dolar AS,” katanya dalam riset.
Pelemahan juga diperkirakan terjadi di berbagai kelas aset berdenominasi rupiah. Depresiasi rupiah berpeluang bertahan beberapa saat sebelum akhirnya normalisasi. Sentimen positif rupiah datang dari tren utama rupiah terkait dengan neraca perdagangan yang diumumkan siang nanti, yang saat ini membesar surplusnya.
Dia menilai, kenaikan FFR target yang lebih agresif bisa meminta kenaikan BI RR rate lebih dini terutama jika inflasi domestik naik melebihi ekspektasi. RDG BI hari ini diperkirakan mempertahankan BI RR rate di 4,75%, sejalan dengan prioritas stabilitas rupiah yang diutamakan dari dukungan ke pertumbuhan.