Bisnis.com, JAKARTA--Harga minyak kelapa sawit terkoreksi setelah naiknya persediaan di Malaysia sebagai produsen kedua terbesar di dunia. Namun, pasokan ke depan diprediksi masih akan menurun, sehingga dapat menopang peningkatan harga.
Pada perdagangan Bursa Malaysia Senin (10/10) pukul 15:23 WIB, harga CPO kontrak Desember 2016 menurun 3 poin ke level 2.558 ringgit (US$615,86) per ton.
Data Malaysian Palm Oil Board (MPOB) menunjukkan tingkat persediaan pada September naik 5,7% menjadi 1,55 juta ton. Adapun produksi naik 0,8% menjadi 1,72 juta ton, sedangkan ekspor jatuh 20,4% menuju ke 1,45 juta ton.
Ivy Ng, regional head of plantations at CIMB Investment Bank Bhd., mengatakan data persediaan terbaru masih relatif rendah secara historis. Bahkan jika produksi pulih, persediaan CPO di Negeri Jiran tidak langsung serta-merta pulih.
David Ng, derivatives specialist Phillip Futures Sdn., menuturkan pasar memprediksi produksi CPO mulai pulih bulan ini, tetapi hal tersebut belum terlaksana. Produksi sepanjang 2016 masih akan lebih rendah dalam beberapa bulan mendatang.
"Secara keseluruhan, pasokan tahun ini mengetat sehingga mendukung harga," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (10/10/2016).
Produksi kelapa sawit biasanya memasuki tingkat musiman yang lebih tinggi pada semester kedua, dan puncaknya ada pada periode Agustus--Oktober. Namun, tingkat permintaan juga meningkat terutama dari China untuk penimbunan kembali menjelang musim dingin.
Data surveyor kargo Intertek Testing Services (ITS) melaporkan ekspor CPO Malaysia pada tanggal 1--10 Oktober naik 10,8% menjadi 421.044 ton dibandingkan periode yang sama bulan sebelumnya.