Bisnis.com, JAKARTA- Waterfront Securities Indonesia mengemukakan aksi sejumlah saham menjadi perhatian pasar pada perdagangan hari ini, Kamis (6/10/2016).
Octavianus Marbun, Analis PT Waterfront Securities Indonesia mengatakan saham tersebut adalah:
- Per Maret, BUMI bukukan laba US$22,47 juta
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) per Maret 2016 membukukan pendapatan bersih sebesar US$6,47 juta, atau turun 38,9% YoY dari periode sama tahun 2015 yang sebesar US$10,59 juta. Laba bruto turun 29,36% YoY menjadi US$6,47 juta. BUMI berhasil membukukan laba usaha sebesar US$841,8 ribu dari sebelumnya yang mengalami rugi usaha sebesar US$2,14 juta, seiring dengan penurunan beban usaha. Karena membukukan laba lain-lain bersih sebesar US$34,64 juta dari sebelumnya yang mengalami beban lain-lain sebesar US$352,9 juta dari hasil penjualan 24% saham Newmont Nusa Tenggara, BUMI berhasil membukukan laba sebelum pajak sebesar US$35,48 juta dari sebelumnya rugi US$355,07 juta. Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik induk sebesar US$22,47 juta dari periode sebelumnya rugi US$344,33 juta.
- BAJA restrukturisasi utang US$20,6 juta
PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) melakukan restrukturisasi utang sebesar US$20,6 juta kepada perusahaan afiliasi yang memberikan pinjaman, yakni PT Sarana Steel. Restrukturisasi yang dilakukan oleh perseroan yakni menggunakan skema perpanjangan jangka waktu pembayaran utang. Dengan adanya restrukturisasi ini, utang perseroan akan jatuh tempo pada tanggal 03 Oktober 2021 dari seharusnya jatuh tempo pada 03 Oktober 2016. Restrukturisasi ini akan berdampak yang baik bagi kondisi keuangan dan kelangsungan usaha perseroan.
- PBRX akan terbitkan notes US$200 juta
PT Pan Brothers Tbk (PBRX) berniat melakukan penerbitan Notes sebesar maksimal US$200 juta dimana hasil penerbitan notes ini nantinya akan digunakan perseroan serta untuk dipinjamkan kepada anak usaha guna pengembangan usaha. Penggunaan hasil penerbitan notes bagi perseroan adalah untuk membayar pokok pinjaman atas hutang jangka panjang guna membuat likuiditas perseroan lebih baik. Jumlah penerbitan notes itu setara dengan Rp2.636.000.000.000 dengan kurs Bank Indonesia pada tanggal dikeluarkannya laporan keuangan 30 Juni 2016 yakni Rp13.180 per satu dolar AS. Perseroan akan melakukan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada 11 November mendatang guna mendapatkan persetujuan pemegang saham.
- VIVA akan percepat pembayaran utang US$220 juta
PT Visi Media Asia Tbk (VIVA) akan mempercepat pembayaran utangnya senilai US$220 juta. Selain mencari pinjaman baru dari perbankan asing dan lokal, VIVA juga sudah mendapat persetujuan dalam RUPSLB untuk menjual maksimal 15% saham anak usahanya yaitu PT Intermedia Capital Tbk (MDIA). Jika melihat rencana pelunasan yang dipercepat itu, saham MDIA yang akan dilepas hanya akan sekitar 7,15% saham. Nilai redemption premium diprediksi mencapai US$70,7 juta atau setara dengan Rp939 miliar dengan mengacu harga rerata saham MDIA sebesar Rp3.350 per saham. Namun jika melihat nilai kapitalisasi pasar, harga divestasi maksimum atau 15% saham MDIA bisa sekitar Rp1,75 triliun.
- Laba JECC per Juni melampaui target laba akhir tahun
PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) berhasil melampaui target labanya di tahun ini hanya dalam enam bulan. Hingga akhir Juni, laba perseroan mencapai Rp82,24 miliar. Pencapaian laba hingga Juni setara dengan 115% dari target akhir tahun yang sebesar Rp71,34 miliar. Salah satu faktor pendorong laba perseroan adalah turunnya harga beli tembaga dan alumunium. Faktor itu pun didorong dengan peningkatan penjualan produk yang memiliki marjin tinggi seperti kabel corugated metalic.
- Per Agustus, BNLI catatkan rugi Rp843 miliar
Kinerja PT Bank Permata Tbk (BNLI) sampai Agustus 2016 masih mencatatkan kerugian sebesar Rp843 miliar, naik tipis dibandingkan rugi di bulan Juli 2016 yang sebesar838 miliar. Kerugian ini disebabkan karena turunnya pendapatan bunga bersih bank sebesar 3,25% yoy. Kerugian juga disebabkan karena naiknya beban operasional sebesar 76,07% yoy, karena Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang naik hampir 137% yoy dan adanya beban tenaga kerja