Bisnis.com, JAKARTA - Penguatan nilai tukar rupiah rentan tertahan pada perdagangan Rabu (28/9/2016).
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta menilai tertahannya penguatan rupiah seiring menguatnya dolar AS.
"Penguatan rupiah juga terbatas seiring harga minyak yang terkoreksi cukup tajam hingga dini hari tadi," paparnya dalam riset.
Adapun sebelumnya, rupiah menguat hingga ke kisaran Rp12.000-an per dolar AS. Uang tebusan yang terus bertambah seiring dengan naiknya deklarasi dan repatriasi tax amnesty terus mendorong optimisme di pasar keuangan domestik bahkan mampu menutupi sentimen negatif dari pencapaian target pajak yang sangat minim hingga September 2016.
"Rupiah berhasil menguat ke bawah 13.000 pada perdagangan Selasa bersamaan dengan pelemahan dollar di pasar Asia," tambahnya.
Adapun saat ini fokus sedikit teralih ke angka inflasi Sep 2016 yang diperkirakan naik kisaran 3% YoY dan akan dirilis Senin pekan depan.
Sementara itu, debat pertama capres AS menunjukkan Clinton yang mengungguli Trump. Peso Meksiko, yang konsisten terdepresiasi sejak tengah Agustus 2016 seiring meningkatnya angka polling Trump, kemarin menguat signifikan.
Pasar global juga merespon positif hasil tersebut. Tetapi dollar index bangkit setelah consumer confidence index AS membaik dan di sisi lain, harga minyak mentah terkoreksi tajam setelah Iran menentang kesepakatan pembatasan produksi usulan Arab Saudi.