Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen pakan ternak PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. mengoreksi besaran persentase target pertumbuhan pendapatan tahun ini dari kisaran 10% hingga 15% menjadi sekitar 5% sampai 6%.
Padahal, pada semester I/2016 pertumbuhan kinerja keuangan perseroan berkode saham JPFA tersebut mencapai double digit. Mengutip laporan keuangan JPFA, sepanjang semester I/2016 penjualan JPFA meningkat 11,47% menjadi Rp13,52 triliun dari Rp12,14 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara untuk laba bersih pada paruh pertama tahun ini perseroan mengantongi laba bersih Rp964,08 miliar dari posisi rugi bersih Rp272,13 miliar pada semester I/2015.
Meski demikian, Putut Djagiri, Senior Vice President Deputy Head of Corporate Finance JPFA, tidak mengatakan gamblang penyebab koreksi target tersebut. “Industrinya membaik tapi ada sedikit penyesuaian dan koreksi di semester kedua,” katanya, Selasa (20/9/2016).
Sebagai gambaran, pada tahun lalu pendapatan perseroan mencapai Rp25,02 triliun, naik sekitar 2,3% dibandingkan dengan capaian 2014 sebesar Rp24,45 triliun. Adapun untuk laba bersih pada 2015 mencapai Rp468 miliar, bertumbuh sekitar 38,05% dari 2014 sebesar Rp339 miliar.
Menurutnya, hingga akhir tahun kontribusi pendapatan perseroan terbesar masih akan datang dari pakan ternak serta peternakan dan produk konsumen. Pada enam bulan pertama tahun ini kontribusi pakan ternak mencapai Rp5,24 triliun atau setara 38,7%.
Adapun kontribusi peternakan dan produk konsumen Rp5,16 triliun atau setara 37,7%. Menurutnya, hingga akhir tahun persentasenya tidak akan banyak berubah.
Sementara itu, untuk laba tahun ini Putut pun enggan menyebut angkanya. Namun, pihaknya memiliki optimisme bisa kembali mencatatkan profit. Hal ini disebabkan efisiensi yang dilakukan perseroan. Dia mengklaim, perseroan tahun ini mampu menekan working capital dan menaikan tingkat utilisasi.
Ditanyai terkait anggaran belanja modal, dia menyebut pihaknya hingga semester pertama tahun ini sudah merealisasikan sekitar Rp300 miliar dari total sekitar Rp712 miliar. Sebagian besar dari anggaran belanja modal itu digunakan perseroan untuk penghiliran bisnis seperti memperbanyak rumah potong ayam.
Di sisi lain, JPFA memiliki obligasi yang jatuh tempo pada Januari dan Februari tahun depan. Jika dirinci, surat utang jatuh tempo tersebut berasal dari obligasi berkelanjutan Japfa I tahap I 2012 senilai Rp 1,25 triliun obligasi berkelanjutan Japfa I Tahap II Tahun 2012 senilai Rp250.
Munurut Putut, untuk membayarnya pihaknya akan menggunakan dana hasil penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu dari KKR (Kohlberg Kravis Rober & Co.L.P) yang dilakukan belum lama ini. Selain itu ada pula dari kas internal perseroan.
“Sebagian kita dapat dari right issue yang kemarin KKR 700 miliar dan cash flow kami bagus, Ebitda Juni mencapai Rp1,7 triliiun. Cukup untuk membayar itu,” tuturnya.