Bisnis.com, JAKARTA--Mata uang pound sterling cenderung rentan terkoreksi setelah rilis data ekonomi Inggris periode Agustus 2016 yang buruk. Pada kuartal IV/ 2016, harga pound diperkirakan senilai 1,25--1,32 per dolar AS.
Pada perdagangan Kamis (15/9) pukul 18:17 WIB pasangan GBP-USD naik 0,0001 atau 0,01% menuju 1,3236. Sementara itu, indeks dolar terpantau naik 0,77 poin atau 0,08% menuju 95,402.
Lukman Otunuga, Research Analyst FXTM, dalam publikasi risetnya Kamis (15/9) memaparkan, GBP menurun tajam sepanjang pekan ini akibat statisnya data ekonomi Inggris. Sentimen ini memicu wacana Brexit masih menampakkan pengaruhnya terhadap perekonomian domestik.
Data inflasi Agustus 2016 tidak berubah di level 0,6%, dibandingkan ekspektasi kenaikan 0,7%. Tingkat pengangguran juga stagnan di posisi 4,9%.
"Memburuknya data ekonomi membuat investor bearish termotivasi untuk melakukan aksi jual, sehingga mengantarkan harga menjadi lebih rendah lagi," tulisnya dalam riset.
Menurut Lukman, GBP semakin sensitif terhadap data domestik dan berpotensi mengalami volatilitas yang lebih tinggi. Investor pun masih meninjau kembali dampak Brexit terhadap ekonomi ke depan.
Walaupun serangkaian data positif dalam beberapa pekan terakhir mampu membantu nilai tukar pound, masalah Brexit masih membatasi peningkatan kurs mata uang ini.
Sementara itu, Dukascopy menyampaikan, setelah melewati periode bullish, harga pound sterling kembali kepada tren bearish. Keuntungan dari titik tengah 1,32 per dolar AS secara bulanan harus dibatasi di posisi 1,33 pada Rabu (14/9).
Setelah level bawah terkonfirmasi, harga GBP bakal kembali menuju 1,29 per dolar AS. Pada kuartal IV/2016, Dukascopy memrepdiksi pound sterling akan bergerak di rentang 1,25--1,32 per dolar AS dengan nilai tengah 1,28 per dolar AS.
"Sentimen bearish meningkat. Namun, sentimen investor tetap netral, yakni 46% untuk posisi jangka panjang, dan 54% dari jangka pendek. Demikian pula tidak ada perbedaan mencolok antara kecenderungan aksi beli (48%) dan jual (52%)," paparnya dalam riset, Kamis (15/9).
Menurut Ducascopy, investor hanya akan mendapatkan peluang keuntungan 5% dan maksimal 10% melalui investasi mata uang euro terhadap dolar Australia serta pound sterling. Harga GBP masih akan tetap di bawah level tertinggi sepanjang tahun, yakni 1,48 per dolar AS pada 23 Juni 2016.