Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Chandra Asri (TPIA) Masih Agresif Kembangkan Usaha

PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. masih agresif dalam pengembangan usaha ke depan. Emiten petrokimia tersebut akan menambah kapasitas produksi polyethylene dan berencana menerbitkan obligasi pada kuartal terakhir 2016
Pekerja PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) menuangkan biji plastik (polypropylene) ramah lingkungan untuk bahan membuat kantong plastik yang mudah lapuk kembali menjadi tanah dalam tempo 4 bulan, di Cilegon, Banten, Selasa (12/11). Perusahaan petrokimia tersebut memproduksi biji plastik ramah lingkungan dengan kode Asrene SF5008E untuk dipasarkan ke semua kota Besar di Indonesia untuk mengurangi dampak buruk limbah plastik konvensional yang tidak bisa lapuk dalam ratusan tahun./antara
Pekerja PT Chandra Asri Petrochemical (CAP) menuangkan biji plastik (polypropylene) ramah lingkungan untuk bahan membuat kantong plastik yang mudah lapuk kembali menjadi tanah dalam tempo 4 bulan, di Cilegon, Banten, Selasa (12/11). Perusahaan petrokimia tersebut memproduksi biji plastik ramah lingkungan dengan kode Asrene SF5008E untuk dipasarkan ke semua kota Besar di Indonesia untuk mengurangi dampak buruk limbah plastik konvensional yang tidak bisa lapuk dalam ratusan tahun./antara

Bisnis.com, JAKARTA—PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. masih agresif dalam pengembangan usaha ke depan. Emiten petrokimia tersebut akan menambah kapasitas produksi polyethylene dan berencana menerbitkan obligasi pada kuartal terakhir 2016.

Keagresifan emiten bersandi TPIA tersebut dalam pengembangan usaha dilanjutkan setelah akhir tahun lalu baru menyelesaikan ekspansi kapasitas produksi secara total hingga 43%. Menurut Suryandi, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Chandra Asri Petrochemical, pihaknya tak berhenti pada hal itu.

Saat ini TPIA memiliki kapasitas produksi untuk produk polyethylene mencapai 336.000 ton per tahun. Adapun fasilitas produksi baru akan berkapasitas 400.000 ton per tahun. Penambahan kapasitas produksi itu dilakukan agar produk ethylene yang dihasilkan perseroan selama ini bisa terserap optimal.

Sebagai gambaran, polyethylene merupakan produk industri menengah dari hasil pengembangan produk industri hulu petrokimia yaitu ethylene. Saat ini TPIA memiliki kapasitas produksi ethylene hingga 860.000 ton per tahun.

“Dngan penambahan kapasitas tersebut kami bisa memproduksi polyethylene hingga 700.000 ton lebih per tahun sehingga penyerapan ethylene bisa optimal karena sisanya dari 860.000 ton tadi diserap anak usaha. Dengan diproduksinya polyethylene lebih banyak ada nilai tambah produk yang memperbesar margin,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (14/9/2016).

Dalam penambahan kapasitas produksi tersebut, TPIA menggandeng perusahaan asal Amerika Serikat yaitu Univation Technologies yang menyediakan lisensi teknologi pengembangan produk polyethylene yaitu UNIPOLTM PE Process.

Suryandi mengatakan, fasilitas produksi polyethylene lama yang saat ini dimiliki perseroan menggunakan dua lisensi pengembangan produk, yaitu dari Univation Technologies dan satu lagi dari perusahaan asal Jepang. Terkait besaran investasi, pihak perseroan belum merumuskan angka pasti, namun sebagian besar akan datang dari pinjaman bank dan sisanya kas internal.

“Kami baru tanda tangan perjanjian lisensi dengan Univation pada 13 September dan ini jadi permulaan. Setelah ini akan membicarakan rancangan pabrik dan teknologi yang akan digunakan lalu pertengahan 2017 putusan investasi sudah final pada 2018 mulai pembangunan dan 2020 siap beroperasi,” tuturnya.

Penambahan kapasitas produksi tersebut akan dilakukan di pabrik perseroan di Cilegon, Banten. Suryandi menyebut pihaknya masih memiliki land bank  yang cukup untuk ekpansi. Adapun fasilitas produksi anyar tersebut akan berdiri di lahan seluas 20 hektare.

Di sisi lain, pihaknya menambah kapasitas produksi polyethylene tak terlepas dari permintaan pasar yang besar. Saat ini, di Indonesia permintaan akan polyethylene mencapai 1,4 juta ton per tahun. Dia memastikan produksi polyethylene dari TPIA seluruhnya akan diserap pasar dalam negeri.

Sementara itu, terkait penerbitan obligasi Suryandi menyebut akan dilakukan antara Oktober atau November 2016. Dia mengatakan, penerbitan obligasi dalam bentuk rupiah ini merupakan yang pertama dilakukan perseroan.

Kendati demikian pihaknya masih enggan mengatakan besaran dana yang dibidik dari aksi korporasi tersebut. Dia hanya mengatakan dana hasil obligasi akan digunakan perseroan untuk modal kerja dan membayar utang bank yang saat ini dimiliki perseroan.

Mengutip laporan keungan perseroan, saat ini TPIA memiliki jumlah pinjaman bersih mencapai US$463,4 juta yang harus dilunasi bertahap hingga 2022.

“Nanti dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan sebagai working capital dan refinancing. Sebenarnya jatah peminjaman kami ke bank masih besar dan bunganya pun bagus, tapi kalau dialihkan ke obligasi kami punya selesih bunga 1% saja lumayan akan berpengaruh pada bottom line,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper