Bisnis.com, JAKARTA--Lonjakan harga saham emiten taksi PT Blue Bird Tbk. (BIRD) terjadi lantaran proyeksi laba bersih perseroan sepanjang tahun ini tumbuh 5,6% menjadi Rp870,14 miliar.
Alfred Nainggolan, analis PT Koneksi Kapital, menjelaskan rasio harga saham terhadap laba bersih (price to earning ratio/PE) BIRD yang saat ini mencapai 9,12 kali mencerminkan proyeksi laba bersih tumbuh 5,6% year-on-year.
"PE Blue Bird rendah sekali, laba bersih tahun ini diperkirakan tumbuh 5,6%. Sementara, kalau melihat sampai laba sampai semester I/2016 saja turun 49%," katanya saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (14/9/2016).
Pada perdagangan Rabu (14/9/2016), harga saham BIRD melesat 18,22% sebesar 490 poin ke level Rp3.180 per lembar dengan volume 4,25 juta lembar. Sepanjang perdagangan, saham BIRD berada pada rentang Rp2.640-Rp3.190 per lembar.
Saham BIRD bergerak pada kisaran Rp2.600-Rp8.150 per lembar dalam 52 pekan terakhir. Bahkan, return saham BIRD negatif 51,79% dalam waktu setahun dan minus 55,21% sepanjang tahun berjalan.
Kapitalisasi saham BIRD mencapai Rp7,5 triliun. Kenaikan saham BIRD tersebut berlawanan dengan koreksi Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang meninggalkan level 5.200 dengan penurunan 1,33% sebesar 69,53 poin ke level 5.146,04.
Alfred menilai harga saham Blue Bird telah menyentuh level paling rendah sejak penawaran perdana (initial public offering/IPO) sebesar Rp6.500 per lembar. Harga saham BIRD Rp2.600 telah terdikson 250% dari harga pencatatan perdana di PT Bursa Efek Indonesia.
Bahkan, saham BIRD telah terdiskon 313% dari harga tertingginya Rp8.150 per lembar. Sehingga, investor memburu saham BIRD saat harganya tengah menyentuh level bottom.
Padahal, dari sisi kinerja, emiten taksi biru itu membukukan penurunan laba bersih 48,64% menjadi Rp228,9 miliar pada paruh pertama tahun ini. Pendapatan perseroan juga terkontraksi 7,34% menjadi Rp2,47 triliun hingga 30 Juni 2016.
Bila dikalkulasikan, perolehan laba semester I/2016 merefleksikan 26,3% dari proyeksi hingga akhir tahun. Pelaku pasar memerkirakan kinerja BIRD pada paruh kedua tahun ini bakal melaju kencang.
Alfred menjelaskan, kinerja BIRD secara kuartalan telah menunjukkan pertumbuhan positif saat emiten sejenis masih tertekan. Dia berasumsi, manajemen BIRD tengah mempersiapkan aksi korporasi dalam waktu dekat yang membuat rumor di kalangan pelaku pasar.
"Ekspektasi PE bisa sampai 17 kali sehingga full year koreksi laba BIRD sebesar 45%. Tapi, investor memperkirakan laba bersih BIRD di paruh kedua tahun ini bisa tumbuh kencang sekali," tuturnya.
Saat dimintai konfirmasi, Direktur Keuangan PT Blue Bird Tbk. Fransetya Hutabarat, mengaku perseroan tidak ada rencana aksi korporasi dalam waktu dekat. Dia tidak mengetahui alasan lonjakan aktivitas saham BIRD hingga melewati batas Rp3.000 per lembar.
"Kami tidak ada aksi korporasi. Kami hanya baru meluncurkan aplikasi online dan baru ada iklan juga," tuturnya.
Perseroan baru saja meluncurkan sistem pembayaran non tunai dalam aplikasi My Blue Bird. Pelanggan dapat melakukan pembayaran melalui Blue Bird eVoucher, kartu kredit, dan debit.
Manajemen BIRD mengalokasikan anggaran belanja modal (capital expenditure/Capex) senilai Rp1 triliun-Rp1,2 triliun sepanjang 2016 atau lebih rendah dibandingkan dengan perkiraan awal sekitar Rp1,7 triliun-Rp2 triliun. Belanja modal tersebut digunakan untuk armada, tanah dan bangunan, termasuk kantor perseroan.