Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga tembaga kontrak September 2016 terpantau melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (3/8/2016), setelah pemerintah China menyatakan untuk mempertimbangkan kebijakan pelonggaran moneter namun tanpa menyebutkan saatnya.
Harga komoditas logam industri tersebut terpantau melemah 0,41% atau 0,90 poin ke US$220 per pound pada pukul 13.00 WIB setelah dibuka turun tipis 0,02% atau 0,05 poin di posisi US$220,85 per pound.
Dalam pernyataan pemerintah China hari ini, seperti dikutip Reuters, negara tersebut akan mencari waktu yang tepat untuk memangkas suku bunganya serta rasio persyaratan cadangan (RRR). Pernyataan diberikan tanpa detil lebih lanjut.
Pasar disebut telah menurunkan kemungkinan pemangkasan RRR dalam waktu dekat oleh China, sebagai negara pengguna terbesar logam dasar, serta mengambil langkah wait and see terhadapnya.
Pergerakan logam dasar juga dipengaruhi oleh menurunnya performa sektor energi setelah harga minyak mentah anjlok ke bawah US$40 per barel pekan ini.
Seperti diketahui, energi berkontribusi besar terhadap biaya pertambangan tembaga.
Di sisi lain, penguatan dolar AS akibat rilis data ekonomi AS terbaru yang menunjukkan hasil beragam juga berpotensi mengurangi permintaan.
Indeks dolar yang mengukur pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama siang ini terpantau naik 0,13% atau 0,120 poin ke 95,184 pada pukul 12.24 WIB.
Pada perdagangan kemarin (2/8/2016), harga tembaga ditutup menguat 0,43% atau 0,95 poin ke posisi US$220,90 per pound sejalan dengan pelemahan dolar AS.
Pergerakan tembaga di Comex (Commodity Exchange) untuk kontrak September 2016:
Tanggal | Level | Perubahan |
3/8/2016 (Pk. 13.00 WIB) | 220,00 | -0,41% |
2/8/2016 | 220,90 | +0,43% |
1/8/2016 | 219,95 | -0,99% |
29/7/2016 | 222,15 | +0,57% |
28/7/2016 | 220,90 | +1,10% |
Sumber: Bloomberg