Bisnis.com, JAKARTA - Emiten minyak dan gas PT Energi Mega Persada Tbk. menargetkan untuk pelunasan kembali utang tahun ini hingga US$60 juta demi meringankan beban keuangan.
Imam Agustino, Direktur Utama Energi Mega Persada, mengatakan perseroan ingin meningkatkan kinerja melalui efisiensi terutama areal-areal yang tidak efisien, serta dari tenaga kerja, peralatan, hingga sumber daya. Potensi pembiayaan kembali (refinancing) masih dilakukan penjajakan-penjajakan bergantung pada aksi korporasi yang dilakukan perseroan.
"Dari beberapa corporate action yang dilakukan, nanti akan dilakukan refinancing atau pelunasan," katanya, Senin (25/7/2016).
Hingga akhir 2015, pinjaman jangka pendek berjumlah total US$141,59 juta dari sebelumnya US$148,29 juta. Pinjaman terbesar berasal dari PST Finance Ltd., Cayman Island senilai US$60,27 juta, Pro Strategic Investors Ltd., Cayman Island senilai US$50,47 juta, dan Greenwich International Limited Seychelles senilai US$26,7 juta.
Pinjaman dari PST Finance itu memiliki tingkat bunga sebesar LIBOR ditambah 20% per tahun yang digunakan untuk keperluan operasional. Sedangkan, pinjaman dari Pro Strategic Investors seluruhnya US$102,02 juta dengan tingkat bunga 20% per tahun.
Sementara, pinjaman jangka panjang perseroan hingga akhir tahun lalu berjumlah US$155,91 juta dari sebelumnya US$269,95 juta. Utang terbesar dari Japan Petroleum Exploration Co., Ltd., Jepang senilai US$77,95 juta dan Mitsubishi Corporation Jepang US$77,95 juta.
Imam menginginkan untuk melakukan pembiayaan kembali tiga utang terbesar yang dimiliki perseroan, terutama yang akan jatuh tempo tahun ini. Total pinjaman yang ditargetkan untuk dilunasi mencapai US$137,4 juta.
"Sampai tengah tahun ini saja sudah melunasi lebih dari US$100 juta di tengah harga minyak yang terus turun," tuturnya.
Penurunan beban itu menjadi strategi perseroan agar EBITDA tahun ini dapat mencapai US$230 juta. Hingga paruh pertama tahun ini, perseroan telah mencapai produksi 51.000-52.000 barel of equivalent per day (Boepd) untuk minyak dan gas.
Produksi minyak mencapai 30% dari keseluruhan dan sekitar 70% sisanya merupakan gas. Belanja modal (capital expenditure/Capex) dan belanja operasional (operational expenditure/Opex) yang dianggarkan perseroan mencapai US$330 juta dari kas internal.
Penyerapan Capex dan Opex hingga paruh pertama tahun ini mencapai 40% dari total alokasi. Capex yang dianggarkan mencapai US$72 juta dan Opex sebesar US$267 juta.
Adapun, manajemen emiten yang diklaim tidak terafiliasi dengan Grup Bakrie itu menginginkan untuk memperpanjang kontrak Blok Malacca Strait PSC kepada pemerintah. Perseroan mengoperasikan dan memiliki 60,49% di blok Malacca Strait PSC di Riau, Sumatra. Sisa kepemilikan dimiliki oleh OOGC Malacca Ltd. (32.58%) dan Malacca Petroleum Ltd. (6.93%).
"Kami belum mengajukan secara resmi kepada pemeerintah, tapi kami berminat untuk mengajukan perpanjangan Blok Malaka Strait," tuturnya.
Belum lama ini, lembaga pemeringkat Standard & Poor's Ratings Services menurunkan peringkat ENRG ke level B- dengan outlook negatif. Penurunan peringkat itu juga dilakukan terhadap rating jangka panjang regional Asean bagi ENRG menjadi axB- dari axB+.
S&P memproyeksi ENRG memiliki utang jangka pendek sekitar US$86 juta yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan ke depan di perusahaan induk. Sedangkan, saldo kas perseroan diperkirakan hanya mencapai US$10 juta per 30 September 2015.