Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak terkoreksi seiring dengan meningkatnya proyeksi pasokan. Meskipun demikian, sejumlah pihak memprediksi harga bakal membaik pada paruh kedua 2016.
Pada perdagangan Kamis (30/6/2016) pukul 16:45 WIB harga minyak WTI kontrak Agustus 2016 turun 0,49 poin atau 0,98% menuju US$49,39 per barel. Dalam waktu yang sama, harga minyak Brent kontrak Agustus 2016 merosot 0,38 poin atau 0,75% menjadi US$50,23 per barel.
ANZ Bank dalam laporannya memaparkan, harga terkoreksi akibat kemungkinan bertambahnya suplai di Nigeria, Kanada, dan Norwegia. Di sisi lain, dari sisi permintaan masih ada sentimen negatif perlambatan ekonomi dari peristiwa berpisahnya Inggris dari Uni Eropa.
Goldman Sachs berpendapat, produksi di Nigeria pulih 200.000--300.000 barel per hari sejak pertengahan Juni 2016 setelah serangan militan memangkas output dari 2 juta barel per hari menjadi 1,25 juta barle per hari.
Di Kanada, bencana kebakaran hutan sudah mulai teratasi sehingga penyedotan minyak ikut meningkat. "Pemerintah Nigeria memperkirakan produksi akan normal pada akhir Juli, sehingga membebani penguatan harga," paparnya.
Goldman memprediksi pasar minyak di paruh kedua 2016 cenderung membaik. Harga masih berpotensi di atas US$50 per barel.
Hong Sung Ki, Commodities Analyst Samsung Futures Inc., menuturkan pasar minyak mentah global menuju keseimbangan seiring dengan perlambatan produksi dan meningkatnya permintaan di kuartal II/2016.
"Perkiraan permintaan minyak mentah dalam waktu dekat akan menyesuaikan dengan sentimen Brexit yang meningkatkan volatilitas. Namun, pasar tetap berusaha menyeimbangkan," ujarnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (30/6/2016).