Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga minyak mentah terpantau kembali menguat pada awal perdagangan di Asia hari ini, Kamis (23/6/2016), menyingkirkan adanya sentimen penurunan persediaan minyak mentah yang lebih rendah dari perkiraan.
Harga minyak WTI kontrak Agustus menguat 0,61% atau 0,30 poin ke US$49,43 per barel pada pukul 11.16 WIB setelah dibuka dengan pelemahan 0,10% di level US$49,08 per barel.
Pada saat yang sama, patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak Agustus juga menguat 0,56% atau 0,28 poin ke level US$50,16 setelah dibuka dengan penguatan 0,52% atau 0,26 poin ke posisi 50,14 per barel.
Penguatan harga minyak mentah siang ini dipicu oleh kegelisahan pasar akan hasil final referendum Inggris untuk menentukan apakah Inggris akan keluar dari keanggotaannya di Uni Eropa (Brexit).
Setelah hasil akhir referendum Brexit keluar, pasar minyak kemungkinan kembali fokus pada fundamentalnya dan mengalihkan perhatian pada potensi gangguan suplai yang telah mengangkat harga minyak tahun ini.
"Ada ketidakpastian pada pasar akibat referendum Brexit, yang menyebabkan harga sedikit turun,” kata Tony Nunan, oil risk manager Mitsubishi Corp., seperti dikutip dari Reuters. "Jika hasil suara telah keluar (dengan suara 'Bertahan'), kita (harga minyak) dapat bergerak naik.”
Pada perdagangan kemarin (Kamis pagi WIB), harga minyak WTI kontrak Agustus ditutup melemah 72 sen ke level US$49,13 di New York Mercantile Exchange, setelah sebelumnya naik hingga US$50,54 per barel.
Sementara itu, minyak jenis Brent untuk pengiriman Agustus berakhir turun 74 sen atau 1,5% ke level US$49,88 per barel di ICE Futures Europe Exchange.
Harga minyak mentah melemah setelah data pemerintah AS menunjukkan stok minyak mentah turun lebih rendah dari perkiraan pekan lalu di tengah lonjakan impor.