Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah bergerak menguat ke posisi tertinggi sepanjang 2016 pada awal perdagangan hari ini, Kamis (9/6/2016), dipicu kekhawatiran terhadap serangan fasilitas minyak di Nigeria, meski di satu sisi kenaikan stok bensin di tengah permintaan selama musim panas dapat menekan harga.
Harga minyak WTI kontrak Juli menguat sebesar 0,68% atau 0,35 poin ke US$51,58 per barel pada pukul 10.02 WIB setelah dibuka dengan kenaikan sebesar 0,43% di level US$51,45 per barel.
Pada saat yang sama, patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak Agustus terpantau mantap di posisi 52,74 setelah menguat sebesar 0,44% atau 0,23 poin.
Menurut data pemerintah AS, seperti dikutip Reuters, persediaan minyak mentah AS turun pada minggu ketiga berturut-turut, tergelincir sebesar 3,2 juta barel. Angka ini jauh lebih besar dari yang diprediksi oleh para analis dengan penurunan sebesar 2,7 juta barel.
Akan tetapi, jumlah persediaan bensin tumbuh sebesar 1 juta bare, sementara hasil sulingan, termasuk di dalamnya bahan bakar diesel dan minyak pemanas, naik 1,8 juta barel, berlawanan dengan adanya prediksi penurunan.
“Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan bensin akan lebih lemah dari yang diperkirakan atau bahwa kelebihan minyak mentah akan direfleksikan oleh kelebihan bensin,” kata Troy Vincent, analis minyak mentah perusahaan penyedia data energi ClipperData.
Reli harga minyak sebelumnya dipicu oleh serangan yang dilakukan grup militan Niger Delta Avengers terhadap sumber minyak Chevron di Nigeria, menolak pembicaraan damai dengan pemerintah setempat.
Serangan pemberontak tersebut telah menggiring penurunan produksi minyak di Nigeria, yang pernah dikenal sebagai produsen minyak mentah Afrika terbesar, ke level terendah dalam 20 tahun.
Di sisi lain, pergerakan harga juga ditopang oleh data impor minyak mentah China pada Mei yang naik ke tingkat tertinggi dalam lebih dari enam tahun serta melemahnya dolar AS yang mendorong permintaan dari pedagang yang membayar dalam mata uang lainnya.