Bisnis.com, JAKARTA—Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk. baru merealisasikan belanja modal sekitar Rp250 miliar dari total capital expenditure tahun ini yang dianggarkan mencapai Rp1 triliun hingga Rp1,5 triliun.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Kalbe Farma Vidjongtius, mengatakan capital expenditure (capex) yang sudah direalisasikan tersebut diserap oleh penyelesaian pembangunan pabrik milik perseroan. Pabrik yang dimaksud adalah pabrik biofarmasi yang dibangun sejak tahun lalu dengan total investasi US$30 juta.
Pabrik tersebut diharapkan dapat rampung tahun ini dan beroperasi pada 2018 setelah segala persyaratan termasuk cara pembuatan obat yang baik (CPOB) terpenuhi. Ada pula penyelesaian pembangunan pabrik susu cair di Sukabumi yang mulai beroperasi pada April lalu.
Dia menyebut, total capex tahun ini sebagian besar atau sekitar 85% memang akan dianggarkan untuk pembangunan pabrik dan ekspansi kapasitas produksi. Sisanya akan ‘dibelanjakan’ perseroan untuk ekspansi jaringan distribusi seperti perluasaan kapasitas dan penambahan hingga dua gudang penyimpanan dengan fokus Indonesia bagian timur.
“Dari capex tersebut kami masih akan bangun pabrik obat bebas ataupun serbuk yang masih perencanaan, kuartal ketiga mungkin sudah bisa mulai bangun. Ada penambahan kapasitas produksi seperti di Cikarang untuk persedian tablet obat resep capex-nya Rp100 miliar hingga Rp200 miliar,” katanya, Selasa (31/5/2016).
Untuk tahun ini, lanjut dia, kinerja perseroan akan ditopang oleh 11 pabrik yang dapat berproduksi, dengan penambahan sekitar 50% kapasitas terpasang pasca ekspansi. Pada 2016, perseroan menargetkan tingkat utilisasi produksi mencapai 70% hingga 75% naik dari tahun lalu yang berkisar 65%.
Vidjongtius menjelaskan, penaikan utilisasi kapasitas produksi diharapkan dapat meningkatkan kinerja perseroan dengan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih di kisaran 8% hingga 10% dari 2015. Perseroan memang menekankan pada pertumbuhan produksi untuk menggenjot kinerja keuangan karena tidak akan mengambil strategi mengatrol harga saat daya beli masih landai akibat pelambatan ekonomi
Sebagai gambaran, pada 2015 revenue perseroan tercatat Rp17,36 triliun dengan laba bersih Rp2,004 triliun. Adapun pada kuartal I/2016 perseroan membukukan penjualan bersih Rp4,54 triliun dengan laba bersih Rp563,23 miliar. Penjualan dan laba itu naik masing-masing sekitar 7,13% dan 6,54% dari periode yang sama pada 2015 yaitu sebesar Rp4,24 triliun dan Rp528,65 miliar.
Di sisi lain, untuk menggenjot penjualan produk, perseroan tahun ini menganggarkan hingga 27% dari laba untuk keperluan pemasaran dan penjualan. Saat ini pada lini bisnis farma perseroan ditopang oleh 400 produk, di lini usaha produk kesehatan emiten bersandi KLBF memiliki sekitar 50 jenis produk, dan untuk sektor bisnis nutrisi ada sekitar 20 jenis produk.
Tahun ini perseroan berencana menambah hingga 15 jenis produk anyar dengan 10 diantaranya merupakan produk farma termasuk obat generik. Vidjongtius menyebut, penambahan terbanyak ada pada produk farma karena sejalan dengan penambahan kapasitas produksi untuk obat resep.
Hal itu menurutnya seiring dengan semakin bertambahnya pasar pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Tahun ini diperkirakan kontribusi penjualan JKN perseroan sebesar 14% terhadap produk farma. Jika dirinci, produk farma atau obat resep akan berkontribusi hingga 30% terhadap total penjualan. Sementara itu produk kesehatan mencapai 25% dan nutrisi mencapai 30%.