Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga minyak mentah berada di zona merah pada perdagangan pagi ini, Jumat (13/5/2016) menyusul adanya penguatan dolar AS dan peringatan dari Rusia akan prospek oversupply hingga tahun depan.
Harga minyak WTI kontrak Juni merosot 1,09% atau 0,51 poin ke US$46,19 per barel pada pukul 10.56 WIB setelah dibuka di zona merah dengan penurunan sebesar 0,62% atau 0,29 poin di US$46,41 per barel.
Pada saat yang sama, patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak Juli juga melemah sebesar 0,79% atau 0,38 poin ke US$47,70 per barel setelah dibuka di zona merah pada awal perdagangan.
Seperti dilansir Reuters, harga minyak mentah bergerak melemah pada awal perdagangan hari ini sejalan dengan menguatnya mata uang dolar AS, yang digunakan untuk memperdagangkan minyak.
Hal ini menjadikan harga impor lebih tinggi bagi negara-negara yang menggunakan mata uang dan berpotensi memukul permintaan.
“Penguatan dolar AS terjadi atas adanya fundamental-fundamental yang lebih positif…karena penurunan dalam produksi minyak AS,” jelas ANZ Bank.
Di lain sisi, Menteri Energi Rusia Alexander Novak menyatakan bahwa surplus minyak mentah global berada di posisi 1,5 juta bph dan bahwa pasar masih belum akan seimbang hingga pertengahan 2017.
“(Prospek bahwa pasar tidak akan seimbang hingga semester pertama 2017) merupakan prediksi yang optimistis sejalan dengan berlanjutnya oversupply, sementara penurunan pada volume produksi lebih rendah dari perkiraan para analis,” katanya.
Beliau berharap Rusia dapat menghasilkan minyak sebesar 540 juta ton (10,81 juta bph) atau lebih tahun ini, meningkat dari 534 juta ton pada tahun 2015.