Bisnis.com, JAKARTA - Harga gula terjatuh dari level tertinggi sepanjang tahun 2016 seiring gejolak politik di Brasil sebagai negara produsen sekaligus eksportir terbesar di dunia.
Pada perdagangan Kamis (12/5) pukul 18:00 WIB harga gula kontrak Juli 2016 turun 0,08 poin atau 0,48% menuju level US$16,69 per pon. Angka tersebut tergelincir dari level tertinggi dalam 16 bulan terakhir dalam penutupan sesi sebelumnya, Rabu (11/5/2016).
Tracey Allen, Analis Komoditas Rabobank, menyampaikan dalam tiga minggu terakhir pasar gula sangat volatile seiring pergerakan real Brasil.
Gejolak politik yang terjadi di dalam negeri, seperti senat yang berpihak pada calon pimpinan lain untuk menggulingkan Presiden Dilma Rousseff pun turut memengaruhi sentimen pasar.
Hari ini, nilai mata uang real Brasil terhadap dolar AS (BRL-USD) pada pukul 18:15 menguat 0,17% menuju 0,2902 poin. Sepanjang tahun berjalan, nilai tukar BRL-USD meningkat sebanyak 17,25%.
"Tiga minggu terakhir pasar sangat volatile. Banyak yang mengaitkan dengan pergerakan real, khususnya yang dipicu proses penggulingan kekuasaan presiden," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (12/5/2016).
Bloomberg Sugar Subindex, indeks yang mengukur pergerakan gula berjangka pun mencatatkan volatilitas selama 60 hari meningkat ke posisi tertinggi sejak 2011.
Di sisi lain, menguatnya real memicu industri gula domestik enggan memacu ekspor. Pasalnya, harga dalam bentuk dolar membuat produsen urung bersemangat dalam melakukan penjualan karena dianggap kurang menguntungkan.
Allen menambahkan, penguatan komoditas tersebut juga ditopang oleh kekhawatiran pasokan di Asia yang berkurang akibat cuaca kering.
Sejumlah negara yang diperkirakan mengalami hambatan dalam penanaman ialah Thailand, Vietnam, India, dan Pakistan.