Bisnis.com, JAKARTA - Perilaku Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) atau organisasi negara-negara pengekspor minyak bumi tidak lagi menjadi sentimen utama pergerakan harga minyak mentah. Justru, pasar lebih memperhitungkan tingkat produksi dan stok di Amerika Serikat.
Chief Market Analyst dan Vice President of Corporate Development di FXTM Jameel Ahmad mengatakan daripada investor mengamati langkah OPEC yang tidak terlalu signifikan lebih baik memfokuskan pandangan kepada AS. Pasalnya, tingkat produksi dan stok nasional Paman Sam sangat berpengaruh terhadap harga minyak.
Hal tersebut terbukti ketika pertemuan OPEC di Doha, Qatar pada Minggu (17/4/2016) menemui kegagalan, pasar tidak langsung berguncang. Malah, harga berhasil mengalami kenaikan tertinggi.
Dia melihat mulai terjadi konsensus di pasar yang yakin harga tidak akan jatuh terlalu dalam seperti level US$26 per barel untuk WTI pada Januari. Ke depannya dalam waktu dekat, harga akan stabil bergerak di posisi US$35 - US$42 per barel atau bahkan sampai US$44 per barel.
"Range harga masih lebar karena agak sulit memprediksi yang terjadi ke depan. Namun, sentimen dari AS lebih kuat dari OPEC yang kini hanya menguasai 40% stok global," ujarnya di Jakarta, Senin (25/4/2016).
Sayangnya, jumlah stok AS terus meningkat walaupun jumlah rig berkurang. Jameel berpendapat kedua instrumen ini dapat seimbang dalam dua hingga tiga kuartal ke depan.
Data U.S. Energy Information Administration (EIA) menampilkan, stok mingguan AS yang berakhir 15 April 2016 sebesar 538,611 juta barel dan menjadi level tertinggi sejak 1930 atau sepanjang sejarah. Sementara tingkat produksi pada Maret 2016 sudah berkisar 9 juta barel per hari, turun 6,8% secara tahunan (y-o-y).
Jameel menuturkan penurunan harga minyak yang terjadi hari ini dikarenakan investor menguangkan atau melakukan aksi profit taking. Pada pekan lalu, harga WTI berhasil naik 6,1% menjadi US$43,73.
Harga tersebut mencapai posisi tertinggi dalam 4 bulan terakhir atau awal pekan Desember 2015. Hal ini menjadi kabar baik karena sebelumnya pada Januari harga sempat merosot ke level terendah dalam 12 tahun terakhir.
Pada perdagangan Senin (25/4) pukul 17:00 WIB harga minyak Brent kontrak Juni 2016 turun 0,49 poin atau 1,09% menjadi US$44,62 per barel. Sedangkan minyak WTI kontrak Juni 2016 berada di level US$43,11 per barel, merosot 0,62 poin atau 1,42%.