Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekanan Harga CPO, Fitch Turunkan Outlook Perusahaan Sawit Milik Taipan Eka Tjipta

Perusahaan perkebunan kelapa sawit milik taipan Eka Tjipta Widjaja dalam Grup Sinarmas, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk.(SMAR) membantah peringkat perseroan diturunkan, Fitch Ratings hanya menurunkan outlook SMART menjadi negatif dari sebelumnya stabil.
Buah kelapa sawit/Antara
Buah kelapa sawit/Antara

Bisnis.com, JAKARTA--Perusahaan perkebunan kelapa sawit milik taipan Eka Tjipta Widjaja dalam Grup Sinarmas, PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk.(SMAR) membantah peringkat perseroan diturunkan, Fitch Ratings hanya menurunkan outlook SMART menjadi negatif dari sebelumnya stabil.

Bambang Chriswanto, National Corporate and Sustainability Communications Head PT SMART Tbk., menegaskan lembaga lembaga pemeringkat Fitch mengafirmasi peringkat SMART pada level AA(idn).

"Yang mengalami revisi adalah outlook dari tiga produsen minyak sawit ke negatif dari stabil, tetapi yang dimaksud bukanlah peringkat perusahaan," katanya kepada Bisnis.com.

Fitch merevisi outlook dari tiga produsen minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), yakni PT Sinar Mas Agro Resources Tbk., PT Ivo Mas Tunggal, dan PT Sawit Mas Sejahtera ke negatif dari stabil. Ketiga perusahaan itu dimiliki sepenuhnya oleh Golden Agri Resources Ltd.

Peringkat nasional jangka panjang dari tiga perusahaan itu diafirmasi di level AA (idn). Fitch juga menegaskan peringkat obligasi SMART senilai Rp1 triliun yang jatuh tempo pada 2017 dan 2019 pada level AA (idn).

Revisi outlook menyusul meningkatnya rasio konsolidasi pendanaan operasional (fund from operations/FFO) adjusted leverage Golden Agri Resources ke atas 4,0 kali. Tingkat tersebut menjadi level saat Fitch mempertimbangkan tindakan pemeringkatan negatif.

Rufina Tam, analis Fitch Ratings Indonesia, menjelaskan revisi juga mencerminkan pandangan lembaga pemeringkat itu terhadap tekanan pada harga komoditas akan berkepanjangan yang menyebabkan leverage akan tetap tinggi hingga 2017.

"Lemahnya harga CPO dan ekspansi bisnis hilir telah menekan arus kas perusahaan dan leverage keuangan," tulisnya dalam siaran pers.

Pada 2015, sambungnya, penjualan Golden Agri Resources tercatat turun 15% year-on-year menjadi US$6,5 miliar. Margin EBITDA tetap tertekan di level 7,4% dari tahun sebelumnya 6,6%.

FFO adjusted leverage berada pada level 5,2 kali pada tahun lalu. Sedangkan, rasio utang bersih terhadap EBITDA meningkat 5,5 kali pada 2015 dari 5,2 kali tahun sebelumnya.

Lembaga pemeringkat itu mempertimbangkan faktor penggerak peringkat lantaran modal kerja yang lebih tinggi. Golden Agri Resources menggunakan pinjaman modal kerja lebih banyak untuk membiayai ekspansi di kapasitas hilir.

Sekitar 40% dari utang Golden Agri Resources pada 2015, katanya, merupakan pinjaman modal kerja perseroan. Fitch memperkirakan kenaikan leverage bersifat sementara seiring dengan meningkatnya penjualan setelah kapasitas hilir beroperasi dan harga CPO perlahan membaik, dan leverage menurun ke bawah 4 kali pada 2018.

Peringkat SMART, IMT, dan SMS, sambungnya, disamakan dengan profil kredit Golden Agri Resources. Hal ini mencerminkan hubungan strategis dan operasional yang kuat terhadap Golden Agri Resources.

Ketiga anak perusahaan itu memberikan kontribusi 71% dari total area ditanam dan 37% dari total produksi CPO. Sebesar 77%, 96%, dan 91% dari penjualan CPO SMART, SMS, dan IMT dilakukan melalui perusahaan trading Golden Agri Resources serta anak usaha lainnya.

Induk usaha SMART itu memiliki utang jatuh tempo pada 2017 senilai US$867 juta. Namun, Fitch meyakini risiko refinancing termitigasi dengan akses ke pendanaan yang baik.

Golden Agri Resources dinilai telah memiliki rekam jejak di pasar utang dan modal, serta memiliki hubungan yang kuat dengan sejumlah perbankan.  Pada tahun lalu, perseroan telah melunasi obligasi konversi.

"Sampai akhir 2015, perusahaan memiliki kas US$244 juta dan investasi jangka pendek US$259 juta, dibandingkan dengan utang yang jatuh tempo dalam waktu 1 tahun sebesar US$231 juta," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper