Bisnis.com, JAKARTA— PT Indomitra Securities memperkirakan pasar obligasi berpotensi menguat tipis dibandingkan hari sebelumnya.
“Setelah adanya aksi profit taking yang dilakukan kemarin, pagi ini pasar obligasi berpotensi menguat tipis dibandingkan hari sebelumnya dengan potensi terbatas,” papar Head of Fixed Income Division PT Indomitra Securities Maximilianus Nico Demus dalam risetnya hari ini, Senin (21/3/2016).
Dia menambahkan area penguatan yang mulai terbatas akan menjadi hambatan bagi pasar obligasi untuk terus menguat, selain tidak adanya setimen hari ini. Maraknya suku bunga negatif yang terjadi dibeberapa negara masih memicu asing untuk terus masuk ke dalam pasar obligasi.
Rupiah dan minyak dibuka melemah pagi ini yakni Rp13.165 per dolar dan US$39,06 per barel untuk kontrak teraktif April. Para pelaku pasar dan investor akan terfokus kepada pertemuan minyak OPEC yang akan diadakan pertengahan April mendatang. Capital inflow masih terjadi di pasar obligasi, perlahan tapi pasti per 17 Maret 2015 kemarin berada di US$308 juta atau Rp4,04 triliun.
Imbal hasil obligasi zona Amerika Serikat ditutup bergerak bervariasi meskipun lebih banyak di dominasi turun, penurunan imbal hasil tertinggi dipimpin oleh Chile, diikuti dengan AS. Imbal hasil UST pun turun menjadi 1,87. Indeks dolar sendiri turun tipis dibandingkan hari sebelumnya.
Di zona Eropa, semua negaranya kompak mengalami penurunan imbal hasil. Sedangkan, untuk wilayah Asia Pasifik, imbal hasil bergerak bervariasi. Obligasi Indonesia 10 tahun mengalami kenaikkan imbal hasil di 7,64, dibandingkan hari sebelumnya 7,63.
Total transaksi dan total frekuensi turun dibandingkan hari sebelumnya. Total transaksi di dominasi oleh obligasi berdurasi 10 – 15 tahun, diikuti dengan 5 – 7 tahun, dan 15 – 20 tahun. Tidak hanya itu saja, obligasi berdurasi lebih dari 25 tahun juga ikut aktif ditransaksikan.