Bisnis.com, JAKARTA— PT Indomitra Securities memperkirakan pasar obligasi berpotensi menguat didorong oleh sentimen positif yang datang dari penguatan rupiah dan harga minyak.
“Pagi ini pasar obligasi berpotensi menguat setelah sebelumnya juga dibuka menguat yang didorong penguatan rupiah dan harga minyak,” papar Head of Fixed Income Division PT Indomitra Securities Maximilianus Nico Demus dalam risetnya hari ini, Kamis (17/3/2016).
Dia juga mengemukakan hasil rapat bank sentral AS (Federal Reserve) memberikan tenaga tambahan kepada harga obligasi untuk lebih menguat.
Tercatat, hari ini rupiah dibuka pada level Rp13.106 per dolar AS dan minyak Texas dibuka pada level US$40,06 per barel.
“Pemotongan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) berpotensi menjadi katalis positif dan membuat obligasi jangka menengah hingga jangka panjang karena masih memberikan yield yang menarik,” terangnya.
Secara strategi, tambahnya, pembelian obligasi masih berfokus terhadap jangka pendek hingga menengah, sehingga pembelian obligasi akan terfokus kepada obligasi jangka menengah hingga panjang untuk memaksimalkan keuntungan.
Total transaksi naik, namun total frekuensi turun dibandingkan hari sebelumnya. Total transaksi didominasi oleh obligasi berdurasi 15 – 20 tahun, diikuti dengan 5 – 7 tahun dan 10 – 15 tahun.
Imbal hasil obligasi zona Amerika ditutup bergerak turun, kenaikkan imbal hasil tertinggi di pimpin oleh Amerika, diikuti dengan Mexico. Imbal hasil UST pun diturun menjadi 1,90. Indeks dolar AS sendiri turun tipis dibandingkan hari sebelumnya.
Di zona Eropa sendiri semua negara di Eropa mengalami penurunan imbal hasil. Untuk wilayah Asia Pasifik, imbal hasil bergerak didominasi penurunan.
Untuk Indonesia obligasi 10 tahun mengalami penurunan imbal hasil di angka 7,78, dibandingkan hari sebelumnya 7,76.