Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KINERJA ANAK BUMN: PPRO & WTON Optimistis Dulang Untung Proyek Infrastruktur

Dua anak badan usaha milik negara (BUMN) yang telah melantai di pasar modal, PT PP Properti Tbk. dan PT Wijaya Karya Beton Tbk. mengaku optimistis pendapatan perseroan bakal melonjak pada tahun ini.
Grand Kamala Lagoon
Grand Kamala Lagoon

Bisnis.com, JAKARTA--Dua anak badan usaha milik negara (BUMN) yang telah melantai di pasar modal, PT PP Properti Tbk. dan PT Wijaya Karya Beton Tbk. mengaku optimistis pendapatan perseroan bakal melonjak pada tahun ini.

Direktur Keuangan PT PP Property Tbk. Indaryanto mengatakan pendapatan pra-penjualan tahun ini ditargetkan tumbuh 30% menjadi Rp2,6 triliiun. Dia menilai, penjualan properti akan terbantu oleh penurunan bunga kredit seiring penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia.

"Ini memudahkan untuk memenuhi target, tapi kami memang belum berani menaikkan target," ujarnya kepada Bisnis.com, akhir pekan lalu.

Dia menambahkan, porsi pembelian properti melalui kredit mencapai 70%. Penurunan bunga kredit akan membuat porsi pembelian kredit naik. Tahun ini, PP Properti masih mengandalkan tiga proyek flagship, yakni Grand Kemala Lagoon, Grand Dharmahusada Lagoon, dan Grand Sungkono Lagoon.

Di samping itu, PP Properti juga tengah dalam pembahasan akhir dengan perusahaan properti asal Australia untuk membentuk perusahaan patungan.

Perusahaan ini nantinya akan menggarap zona 5 dan zona 6 Grand Kamala Lagoon seluas 8,4 hektare dengan investasi ditaksir mencapai Rp14 triliun-Rp15 triliun.

Selain dengan calon mitra dari Australia, PP Properti juga tengah menjajaki kerjasama pembentukan usaha patungan (joint venture/JV) dengan sejumlah perusahaan dari Jepang, China, dan Korea Selatan untuk menggarap lahan di proyek GKL.

Untuk mendanai ekspansi, perusahaan berkode saham PPRO itu akan menerbitkan obligasi senilai Rp600 miliar dalam dua tahap pada Juni 2016.

Indaryanto menyebut, dana hasil penerbitan surat utang akan digunakan untuk ekspansi lahan, pendanaan proyek jangka panjang, dan refinancing utang.

Di samping itu, pada Maret 2016, PPRO juga berencana menerbitkan surat utang jangka menengah atau MTN senilai Rp150 miliar. Sebelumnya, di dua bulan pertama tahun ini PPRO juga telah menerbitkan MTN sebesar Rp150 miliar dalam tiga tahap.

Secara terpisah, Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya Beton Tbk. Puji Haryadi, mengatakan buruknya kinerja perseroan pada tahun lalu terjadi lantaran kondisi ekonomi nasional yang kurang menguntungkan.

Meski begitu, sambungnya, proyeksi pendapatan pada 2015 yang mencapai Rp3,2 triliun tercapai Rp3,5 triliun. Secara tahunan, kinerja perseroan memang tertekan oleh kondisi ekonomi domestik dan global yang berpengaruh pada semua sektor di Indonesia.

Dia menilai, banyaknya anggaran infrastruktur yang belum cair pada 2015, membuat kinerja perseroan tertekan. Bahkan, emiten berkode saham WTON tersebut baru mengantongi kontrak infrastruktur APBN pada kuartal IV/2015.

"Kami melihat kebangkitan tahun ini dengan target kontrak baru Rp4,3 triliun dan carry over Rp1,7 triliun," ujarnya saat berbincang dengan Bisnis.com, Jumat (4/3/2016).

Dia berharap, pada tahun ini sejumlah proyek infrastruktur yang digenjot pemerintah bakal terealisir. Realisasi proyek tersebut membuat manajemen anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. itu mematok 60% dari kontrak baru bakal berasal dari sektor infrastruktur.

Tidak hanya itu, katanya, perseroan juga akan melakukan penetrasi pasar dengan pendekatan pada proyek strategis. Manajemen WTON juga bakal mengejar proyek yang pengucuran dananya telah dilakukan, yakni sektor perhubungan kereta api dan jalan tol.

Strategi berikutnya, kata dia, mengembangkan bisnis usaha terkait khususnya sistem pemancangan di tengah kota, unit usaha instalasi, material alam, dan suntikan modal bagi enam anak usaha.

Tahun ini, Wika Beton menganggarkan belanja modal (capital expenditure/Capex) sebesar RP425 miliar, lebih rendah 22,7% dari tahun sebelumnya Rp550 miliar. Dana tersebut berasal dari sisa penawaran perdana saham (initial public offering/IPO) dan kas internal.

"Tahun kemarin realisasi kontrak baru Rp3,5 triliun. Pendapatan tahun ini targetnya Rp4 triliun," tuturnya.

Dua anak usaha BUMN yang telah go public itu membukukan kinerja berkebalikan pada tahun lalu. Laba bersih Wika Beton ambruk, saat capaian PP Properti melesat tinggi.

Laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk PPRO itu melesat 183% menjadi Rp300 miliar pada 2015, dari tahun sebelumnya Rp106,12 miliar.

Pendapatan yang berhasil dikantongi oleh anak usaha PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. (PTPP) itu mencapai Rp1,5 triliun pada 2015, melompat 171% dari tahun sebelumnya Rp554,97 miliar.

Berkebalikan, Wika Beton justru terpuruk dengan capaian laba bersih Rp173,87 miliar atau ambruk 47,2% year-on-year dari tahun sebelumnya Rp329,81 miliar.

Pendapatan yang dikantongi oleh anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) itu melorot 19% menjadi Rp2,65 triliun pada 2015 dari sebelumnya Rp3,27 triliun.

Adapun, pada perdagangan Jumat (4/3/2016), saham WTON stagnan di level Rp945 per lembar dengan return 14,55% year-to-date. Sedangkan, saham PPRO meroket 6,06% sebesar 12 poin ke level Rp210 per lembar dengan return 17,98% ytd.

Kapitalisasi pasar masing-masing emiten tersebut mencapai Rp8,23 triliun untuk WTON, dan Rp2,94 triliun untuk PPRO. Sejak IPO, saham PPRO hanya naik tipis 13,51% dari Rp185 menjadi Rp210 per lembar, sedangkan WTON melesat 60,17% dari Rp590 menjadi Rp945 per lembar, akhir pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper