Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investasi Asing Dibuka, Emiten Kian Agresif Kerek Layar Bioskop

Langkah pemerintah membuka investasi asing di sektor perfilman membuat pemilik bioskop kian gencar membuka layar baru. Ini menjadi faktor pendorong baru di samping penetrasi bioskop di Indonesia yang memang masih rendah.
Cinemaxxx. /cinemaxx
Cinemaxxx. /cinemaxx

Bisnis.com, JAKARTA—Langkah pemerintah membuka investasi asing di sektor perfilman membuat pemilik bioskop kian gencar membuka layar baru. Ini menjadi faktor pendorong baru di samping penetrasi bioskop di Indonesia yang memang masih rendah.

Irwan Djaja, Wakil Presiden Direktur PT First Media Tbk., mengatakan tahun ini perseroan akan membuka 40 bioskop Cinemaxx baru dengan 185 layar.

Dia mengatakan tambahan layar akan menggenapkan menjadi 250 layar. Hingga 2025, emiten berkode saham KBLV ini, melalui anak usahanya PT Cinemax Global Pasifik, menargetkan bisa membuka 300 bioskop dengan jumlah sebanyak 2.000 layar di 85 kota,

"Kami akan terus investasi sejak 2 tahun lalu memutuskan masuk ke bisnis ini. Investasi per layar sekitar Rp1 miliar hingga Rp2 miliar tergantung lokasi," jelasnya, Kamis (3/3/2016).

Dengan demikian, investasi untuk menambah layar baru tahun ini berada di kisaran Rp185 miliar-Rp370 miliar. Irwan menjelaskan biaya investasi layar baru di kota-kota utama lebih mahal dibandingkan dengan kota-kota berkembang.

Pada tahun ini, ekspansi pembukaan layar baru akan tetap diarahkan baik di kota-kota utama maupun kota-kota berkembang dengan prioritas menempati area pusat perbelanjaan milik Lippo Group.

Hingga tahun lalu, jaringan pusat perbelanjaan Lippo Malls mencapai 62 jaringan. Sementara itu, jumlah jaringan bioskop Cinemaxx mencapai 16 bioskop yang tersebar di 11 kota dengan jumlah layar sebanyak 65.

Pemain lama di pasar bioskop, PT Nusantara Sejahtera Raya juga akan membuka 35 layar hingga 49 layar baru tahun ini. Pengelola bioskop Cinema 21 dan Cinema XXI siap menggelontorkan biaya investasi berkisar Rp175 miliar hingga Rp245 miliar.

Catherine Keng, Sekretaris Perusahaan Nusantara Sejahtera Raya, mengatakan lokasi yang siap dipilih oleh perusahaan tersebar di seluruh kota di Tanah Air, seperti Cileungsi, Depok, Karawang, Jakarta, Ambon, Manado, dan Riau.

"Totalnya ada tujuh bioskop yang akan kami buka tahun ini untuk Cinema21 dengan layar sekitar lima sampai tujuh di setiap bioskop. Yang sudah kami buka lokasinya di Ambon dan Manado, sisanya akan menyusul secara bertahap di kuartal II/2016 hingga akhir tahun ini," ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (3/3).

Chaterine menungkapkan perseroan mulai merambah pasar Indonesia Timur karena dinilai menjanjikan kendati biaya investasinya sedikit lebih mahal.

Saat ini, perusahaan telah memiliki 826 layar di 152 lokasi yang tersebar di 35 kota. Jumlah tersebut membuat Nusantara Sejahtera sebagai pemain dengan pangsa pasar terbesar di industri bioskop, dari total jumlah layar saat ini sebanyak 1.117 layar di seluruh Indonesia

Sementara itu, PT Graha Layar Prima Tbk. cenderung konservatif. Pengelola bioskop CGV Blitz itu akan membuka delapan bioskop tahun ini atau sama dengan jumlah tahun lalu.

Bratanata Perdana, Komisaris Utama Graha Layar Prima, mengatakan untuk membangun delapan bioskop tersebut, perseroan membutuhkan dana sekira Rp150 miliar-Rp200 miliar.

“Kami akan fokus menambah jumlah bioskop ke daerah-daerah yang belum cukup jumlah layarnya,” ucap Bratanata kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.

Investasi Asing Dibuka, Emiten Kian Agresif Kerek Layar Bioskop

Potensi Pasar

Secara umum, potensi pasar bisnis bioskop di Indonesia terbilang menggiurkan. Tahun lalu, rasio jumlah bioskop per 1 juta penduduk di Indonesia hanya mencapai 3,7, lebih rendah dari Singapura yang mencapai 38,9.

Di samping itu, industri bioskop juga akan mendapat angin segar dari karena bisnis perfilman, termasuk bioskop, akan dibuka batas pemilikan untuk investor asing hingga 100%. Rencana ini merupakan bagian dari revisi daftar negatif investasi, pokok dalam kebijakan ekonomi jilid X

Irwan mengatakan investasi asing di sektor perfilman akan mendorong pertumbuhan bioskop. "Orang akan lebih creative, creative house akan menyatu dan terangkat," ujarnya.

Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi) juga menilai revisi DNI di sektor pergilman akan membantu pelaku usaha di dalam negeri mendapat limpahan modal dari investor asing.

Sheila Timothy, Ketua Aprofi, mengatakan pelaku usaha di sektor perfilman juga bisa meningkatkan standar dan kapasitas pekerja film. Pasalnya, dalam catatan Aprofi, pangsa pasar film nasional hingga 2015 hanya 20% dengan jumlah judul film sebanyak 116. ()

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Jumat (4/3/2016)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper