Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OBLIGASI KORPORASI: Serbu SUN, Investor Asing Wait & See

Investor asing menyerbu pasar surat utang negara (SUN) dan memantau obligasi korporasi dengan posisi wait and see menunggu kinerja emiten di Indonesia.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Investor asing menyerbu pasar surat utang negara (SUN) dan memantau obligasi korporasi dengan posisi wait and see menunggu kinerja emiten di Indonesia.

Sepanjang tahun berjalan hingga 15 Februari 2016, dana investor asing yang masuk ke pasar surat berharga negara (SBN) rupiah mencapai Rp31,3 triliun. Per 15 Februari 2016 total dana investor asing sebesar Rp589,82 triliun atau 39,32% dari total SBN rupiah Rp1.499 triliun.

Sementara, reksadana sudah memasukkan dana Rp430 miliar sepanjang tahun berjalan ini ke pasar SBN rupiah. Per 15 Februari 2016 total dana reksadana di SBN sebesar Rp62,03 triliun.

I Made Adi Saputra, analis fixed-income PT MNC Securities, mengatakan pergerakan obligasi korporasi pada tahun ini lebih positif ketimbang tahun lalu. Positifnya kinerja obligasi korporasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

"Bank of Japan memberlakukan suku bunga negatif, investor lari ke emerging market, termasuk Indonesia. Bank Indonesia juga akan menurunkan kembali BI Rate pekan ini," katanya kepada Bisnis.com, Selasa (16/2/2016).

Rencana pemangkasan kembali suku bunga acuan atau BI Rate diperkirakan akan berdampak ke pasar obligasi korporasi. Menurutnya, biaya penerbitan obligasi korporasi jauh lebih murah ketimbang sebelumnya.

Kendati demikian, capital inflow di pasar SBN justru lebih tinggi dibandingkan dengan pasar modal, mencapai Rp31 triliun. Sedangkan, di pasar obligasi korporasi, capital inflow belum begitu terlihat dari luar negeri.

Investor asing, sambungnya, masih menghawatirkan kinerja korporasi lantaran perlambatan ekonomi yang terjadi sejak tahun lalu. Investor asing memilih SBN karena risiko yang ditanggung jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan obligasi korporasi.

Dia menilai, investor asing sangat selektif bila menyerap emisi obligasi korporasi. Mereka hanya memilih perusahaan dengan kualitas dan peringkat yang bagus untuk membenamkan dana di pasar obligasi korporasi.

Sejauh ini, katanya, korporasi penerbit obligasi didominasi oleh perusahaan multifinance dan perbankan. Padahal, kinerja sektor keuangan pada tahun lalu melambat dan berdampak pada tahun ini.

Perbankan misalnya, dia mencontohkan sejumlah kredit dari sektor pertambangan dan perkebunan sepanjang tahun lalu masih meninggalkan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang tinggi. Obligor perbankan dan multifinance harus meningkatkan supervisi dan tentu margin keuntungan bakal tergerus.

"Minat investor asing masih hati-hati ke obligasi korporasi, mereka wait and see, masih sibuk di SUN sampai akhir tahun," jelasnya.

Arus masuk dana investor asing di Indonesia dapat terbaca dari penurunan imbal hasil surat utang negara (SUN). Asian Bonds Online menunjukkan sejak awal Februari hingga kemarin, imbal hasil SUN 10 tahun Indonesia turun 29,2 bps ke 7,96%. Filipina turun 24,3 bps dan hailand turun 34 bps.

Berdasarkan data KSEI, nilai saham yang dipegang investor asing mencapai Rp1.678,29 triliun pada akhir Januari 2016. Nilai tersebut menyusut Rp204,05 triliun atau 10,84% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dibandingkan Desember 2015, kepemilikan asing di saham berkurang Rp23,57 triliun.

Sementara itu, investor asing mengoleksi obligasi senilai Rp18,06 triliun. Berdasarkan data OJK, nilai kepemilikan tersebut terdiri dari obligasi korporasi berdenominasi rupiah Rp17,7 triliun dan obligasi korporasi berdenominasi sebesar USD Rp45,46 miliar.

Sejalan dengan penurunan kepemilikan asing pada efek saham, kepemilikan asing pada instrumen obligasi nasional juga turun Rp4,82 triliun atau 21,06% dari Rp22,88 triliun pada Januari 2015.

Dibandingkan Desember 2015, kepemilikan asing pada instrumen obligasi korporasi berkurang Rp322 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper