Bisnis.com, NEW YORK--Citigroup Inc. State Street Global Advisors Inc.melansir mata uang yen mengalami reli terbesar dalam dua minggu terakhir sejak 1998. Hal ini terjadi seiring pasar keuangan global yang masih bergejolak, terutama dolar Amerika Serikat.
Yen telah mematahkan sejumlah prediksi tahun ini yang menyebutkan dirinya bakal melemah. Bank Sentral di Tokyo pun berencana menambah stimulus jika Federal Reserve nantinya menaikkan suku bunga.
Ekuitas global jatuh dalam tren bearish pada pekan kemarin, di tengah meningkatnya isu naiknya suku bunga The Fed. Namun, Gubernur The Fed Janet Yellen menyampaikan, bank setral masih melihat situasi pasar keuangan dan gejolak baru dalam pertumbuhan domestik.
Collin Crownover, Head of Currency Management State Street di Boston mengatakan, yen masih akan menguat dalam beberapa bulan mendatang.
Sementara itu, mata uang negara Asia Pasifik lainnya cenderung melemah tipis pada penutupan perdagangan Jumat (12/2). Kemerosotan dipimpin baht Thailand yang terkoreksi 0,99% menjadi 35,59 baht per dolar AS. Rupiah juga melesu 27 poin atau 0,20% menjadi Rp13.490 per dolar AS.