Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KINERJA PERUSAHAAN SEKURITAS: Efisiensi atau Ikut Arus Digitalisasi?

Era digitalisasi menjadi alasan Trimegah menutup sejumlah cabangnya sejak tahun lalu. Sekarang sudah lebih digital.
Trimegah Securities. /Bisnis.com
Trimegah Securities. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Membuka 2016, PT Trimegah Securities Tbk. melayangkan keterangan resmi berisi "pengalihan" kantor cabang Puri Kencana, Jakarta, ke cabang BSD, Tangerang Selatan.

Seluruh korespondensi dan komunikasi dari cabang itu dialihkan ke cabang BSD. Nasabah pun diarahkan untuk bertransaksi saham secara mandiri melalui fasilitas Online Trading Trimegah.

Penutupan satu cabang pada awal tahun yang seharusnya membawa harapan baru tentu bukan keputusan tanpa pertimbangan yang masak. "Kami enggak hanya tutup satu cabang, ada beberapa tahun lalu," kata Presdir Trimegah Securities Stephanus Turangan baru-baru ini.

Dia menegaskan penutupan cabang itu tidak mengurangi agresivitas perusahaan terutama meningkatkan transaksi dari Rp200 miliar menjadi Rp250 miliar per hari pada tahun ini.

Era digitalisasi menjadi alasan Trimegah menutup sejumlah cabangnya sejak tahun lalu. “Sekarang sudah lebih digital.”

Dengan mendorong online trading, Trimegah berharap kinerja tahun ini lebih baik, setelah banyak target yang tak tercapai pada tahun lalu. “Memang tahun ini kami lebih hati-hati, tetapi enggak sampai harus mengurangi karyawan kayak perusahaan lain.”

Stephanus memastikan tidak akan ada gelombang lay off di perusahaannya. Apalagi, perusahaan masih mencatat laba positif dengan pertumbuhan cukup tinggi.

Lain lagi cerita PT Lautandhana Securindo. Pasar modal yang sepi turut menghantui perusahaan itu. Rerata nilai transaksi harian pada 2015 yang hanya Rp130 miliar dinilai Dirut Lautandhana, Wientoro Prasetyo, tidak begitu bagus tetapi lebih baik dari 2014.

“Kami harapkan 2016 lebih bagus didorong oleh penurunan suku bunga dan harapan terhadap infrastruktur dan consumer. Tahun ini kami targetkan rerata nilai transaksi harian bisa mencapai Rp150 miliar,” katanya, Rabu (10/2/2016).

Karena pasar masih lesu, Lautandhana akhirnya memilih tidak membuka cabang pada 2015, begitu juga dengan tahun ini. “Cabang berdarah semua sekarang, market sepi. Kami rasakan dari transaksi harian yang turun.”

Indosurya Securities pada 2015 pun turut merasakan lunglainya bisnis brokerage. Associate Director Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan sejak awal tahun hingga pertengahan tahun lalu, perusahaan masih mendulang pertumbuhan pendapatan dari bisnis brokerage.

Namun, kondisi mulai berbalik menurun sejak masuk September 2015. Kalau ada perusahaan yang mengurangi karyawan, PT Valbury Asia Securities sebaliknya, malah merekrut karyawan pada tahun ini.

“Saya butuh rekrut sedikitnya 100 tenaga kerja baru untuk ditempatkan di 16 cabang. Untuk mendorong pertumbuhan organik,” ujar Presdir Valbury Asia Securities Johanes Soetikno. Dia mengklaim PHK dilakukan kepada karyawan yang habis masa kontrak dan dinilai tidak berprestasi.

BERDARAH

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia Susy Meilina ikut angkat bicara terkait nasib 120 anggotanya. APEI pun menggandeng PricewaterhouseCoopers (PwC) untuk mengkaji kinerja broker di Tanah Air. Hasilnya, 50% broker kinerjanya sudah 'berdarah'.

“Semakin banyak broker kan makin seru. Tetapi beri kami makanan yang cukup, supaya broker kuat dan peran lokal meningkat,” tutur bos MNC Securities ini.

Saat ini perusahaan efek rebutan klien, bahkan rebutan sales dengan sesama broker. Akibatnya, potongan kue yang dinikmati kecil dan struktur industri kurang sehat. Dia juga sudah mendengar ada PHK di beberapa sekuritas.

Head of Legal Dispute & Litigation Division PT Mandiri Sekuritas Budiyono membantah berencana memangkas jumlah karyawan lantaran kinerja bisnis yang turun. Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2015, laba periode berjalan Mansek melorot 68,75% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp29,96 miliar.

Budiyono mengatakan hampir semua sekuritas meng-alami penurunan laba pada tahun Kambing Kayu. Bahkan dari 120 perusahaan efek, dikabarkan hanya 69 sekuritas yang positif labanya.

Artinya, ada 51 perusahaan efek yang merugi pada 2015. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengaku belum mendapat laporan tentang bleeding perusahaan sekuritas termasuk soal isu PHK.

Kinerja pasar modal yang anjlok 12,13% tertekan gejolak global pada 2015 diakui membuat kinerja beberapa sekuritas ikut melorot. Namun, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida optimistis perusahaan efek memiliki tingkat resistensi yang cukup baik untuk bertahan dan memacu kinerja pada tahun ini.

Masalah banting-bantingan fee broker, regulator menyerahkan sepenuhnya kepada APEI untuk menyusun kesepakatan bersama dengan pelaku industri. Berdasarkan rekomendasi PwC, batas minimal komisi brokerage yang wajar berada pada kisaran 0,35%-0,125%.

OJK tidak dapat mengatur batas minimum fee broker karena akan terbentur aturan KPPU. Di negara lain pun, batas bawah fee broker tidak diatur oleh regulator.

"Broker yang mengenakan fee rendah tidak bisa ditindak. Tetapi kalau karena fee rendah, mereka merugi, kemudian mencari income lain yang tidak sesuai ketentuan, itu yang ditindak," tegasnya. ()

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Jumat (12/2/2016)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper