Bisnis.com, JAKARTA- Samuel Sekuritas Indonesia mengemukakan pergerakan rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Rabu (10/2/2016) memantau pergerakan harga minyak mentah dunia.
“Dalam jangka menengah penguatan rupiah lebih terbuka, dengan catatan harga minyak tidak turun lebih dalam,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Rabu (10/2/2016).
Dikemukakan harga minyak yang anjlok hingga pagi ini, berpeluang membawa tekanan pelemahan ke rupiah,.
Indeks dolar AS melanjutkan penurunannya menjelang kesaksian Yellen Rabu malam (WIB) di depan kongres AS, mengenai keputusan kenaikan Fed Rate.
Sementara itu, euro dan yen terus melanjutkan penguatannya. Penguatan yen diikuti oleh masuknya imbal hasil Japanese Government Bond tenor 10 tahun ke wilayah negatif untuk pertamakalinya, sehingga mendorong pelemahan indeks saham Nikkei 225 hingga Selasa sore.
Harga minyak anjlok tajam menyusul pandangan EIA yang pesimistis terhadap prospek harga minyak mentah di 2016. Kelebihan pasokan minyak mentah diperkirakan masih akan melebihi permintaannya.
“Walaupun indeks dolar turun, penguatan tidak serta merta hadir di pasar global. Terhalang turunnya harga minyak mentah, yang biasanya juga diikuti penurunan harga komoditas lainnya,” kata Rangga.
Rangga mengemukakan faktor positif dari domestik, diperkirakan masih menjadi alasan bagi performa rupiah yang lebih baik di kawasan Asia Tenggara.
Dia mengatakan angka penjualan mobil dan motor Januari 2016, ditunggu antara minggu ini hingga minggu depan.
“Itu bisa menjadi petunjuk tambahan mengenai prospek laju perekonomian di kuartal I/2016,” kata Rangga.