Bisnis.com, JAKARTA—Penggalangan dana melalui pasar modal pada semester I/2016 diproyeksikan Rp44,07 triliun. Namun, pencapaian angka itu tidak mudah karena hingga 3 Februari baru ter-himpun Rp1,67 triliun atau merosot 72,4% dari periode yang sama 2015.
Kendati belum menggambarkan figur semester I secara keseluruhan, jejak berat awal tahun ini patut mendapatkan perhatian. Apalagi, situasi perekonomian dunia dalam posisi kurang menguntungkan di tengah tekanan pertumbuhan ekonomi yang membuat korporasi memilih wait and see.
Analis pasar modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menyarankan regulator bursa dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) perlu menggulirkan penyederhanaan dan percepatan perizinan agar aksi korporasi dapat direaliasikan oleh 55 emiten.
Dukungan tersebut sangat diperlukan apalagi self regulatory organization (SRO) mencantumkan tar get kapitalisasi pasar di atas Rp5.000 triliun dan jumlah IPO saham sebanyak 35 emiten baru.
“Saya optimis mereka ingin mempermudah, misalnya dengan penyederhanan dokumen, percepatan, dan menghilangkan regulasi yang berbelit-belit,” katanya. Menurutnya, seiring kondisi pasar yang membaik, emiten akan kembali memilih opsi rights issue untuk menggalang dana dari pasar modal.
Bursa Efek Indonesia mencatat se-banyak 21 emiten akan melakukan aksi penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) dengan total Rp20,85 triliun. Lalu, tiga emiten menyiapkan penerbitan obligasi senilai Rp10,68 triliun serta sebanyak 20 emiten berencana mengeluarkan waran senilai total Rp2,54 triliun.
Dari rencana yang sudah masuk (pipeline), terdapat empat perusahaan siap menggelar penawaran umum perdana saham serta tujuh emiten melakukan penawaran saham terbatas (rights issue). “Sejauh ini penggalangan dana dari pasar modal masih cukup ramai,” kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI Samsul Hidayat, Selasa, (9/2/2016).
Dari 21 emiten yang menyiapkan skema penambahan modal non-HMETD, sebagian besar dengan pertimbangan menyesuaikan aturan bursa terkait dengan kewajiban memenuhi ketentuan jumlah saham yang beredar di publik (free float) minimal 7,5%.
Rinciannya, enam emiten belum memenuhi ketentuan minimal free float. Sementara itu, antara 15-16 emiten belum memenuhi minimal free float 7,5%, belum memiliki saham beredar minimal 50 juta saham, dan belum memenuhi jumlah pemegang saham minimal 300 pihak.
Sejak awal tahun ini hingga 3 Februari 2016, penggalangan dana dari pasar modal baru mencapai Rp1,67 triliun. Angka ini merosot 72,4% dari periode sama tahun lalu yang mencapai Rp6,06 triliun. (Lihat ilustrasi)
Sepanjang tahun berjalan ini hingga 3 Februari 2016, nilai rights issue turun 98,4% menjadi Rp65,8 miliar dari dua emiten. Berdasarkan data OJK, dua perusahaan sudah mendapat pernyataan efektif untuk IPO saham dengan total nilai Rp110 miliar masing-masing PT Mahaka Radio Integra (Rp78,79 miliar) dan PT Mitra Pemuda Tbk. (Rp31,45 miliar).
Perusahaan yang sudah melakukan penawaran umum terbatas yakni PT Equity Development Investment Tbk. mendulang dana Rp269,48 miliar. Adapun untuk obligasi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. mendapat pernyataan efektif atas PUB Obligasi I Tahap II senilai Rp4,65 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan regulator akan mengeluarkan pernyataan efektif atas setiap rencana IPO saham, obligasi, non-HMETD, dan rights issue, apabila pemohon sudah memenuhi tiga aspek.
Aspek-aspek itu yakni keterbukaan yang sesuai dengan ketentuan, laporan keuangan, dan legalitas. “Kami tentu review sesuai ketentuan OJK. Kalau semua sudah sesuai ketentuan, keluar pernyataan efektif dari OJK,” kata Nurhaida.()